Desainer Musa Widyatmodjo mengenalkan materi eco faux dalam 9 koleksi busana wanita dan 33 model tas dalam pembukaan Indonesia Fashion Week 2019. Bahan eco faux yang digunakan dari brand Viro yang banyak digunakan dalam arsitektur dan desain interior yang dianyam oleh para pengrajin.
Musa mengungkapkan material kulit sintetis jenis baru memiliki kualitas yang baik. "Cukup lentur untuk dibuat menjadi bahan kostum, namun juga kokoh untuk menjadi dasar bagi produk aksesoris seperti sandal, tas, dan headpiece," katanya dalam keterangan resmi, Jakarta, Rabu (27/3).
Dia berharap lebih banyak material yang berbasis anyaman otentik, sehingga ciri khas budaya nusantara dapat lebih menonjol. Sehingga, desainer mendapatkan lebih banyak pilihan dalam penggunaan bahan baku yang ramah lingkungan, terutama bagi para calon perancang busana masa depan.
(Baca: Keriuhan Cebong dan Kampret Disebut Bisa Jadi Inspirasi Desain Fesyen)
Materi eco faux merupakan serat non-natural yang berasal dari bahan high-density polyethlethylene (HDPE), sehingga tipe bahan memiliki tampilan dan rasa sama dengan material alami lain, seperti rotan, bambu, dan alang-alang. Serat dapat dianyam menjadi atap, kursi, meja, dinding, hingga beragam produk lain.
Keunggulan eco faux mampu bertahan di berbagai cuaca, serta tidak mudah rusak. Kemudian, materi eco faux dapat didaur ulang hingga tujuh kali dengan masa pakai hingga 20 tahun.
"Walaupun penggunaan untuk fashion masih terbatas pada kostum dan desain, terdapat potensi untuk mengembangkannya menjadi bahan busana," ujar Musa.
(Baca: Indonesia Fashion Week 2019 Incar Transaksi Rp 100 Miliar)
Executive Vice President Viro Johan Yang ingin menguji kreativitas dan inovasi bahan eco faux ke industri fashion. Selain itu, Viro juga membangun instalasi utama di area JCC Senayan, tempat gelaran Indonesia Fashion Week 2019.