Keriuhan Cebong dan Kampret Disebut Bisa Jadi Inspirasi Desain Fesyen

ANTARA/Mulyo Sunyoto
Kepala Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Triawan Munaf membuka secara resmi Paviliun Indonesia dalam London Book Fair (LBF) 2019 di Olympia, London, Selasa (12/3).
Penulis: Michael Reily
Editor: Pingit Aria
27/3/2019, 19.17 WIB

Sebelumnya, Presiden Indonesia Fashion Week (IFW) Poppy Dharsono menargetkan nilai transaksi perhelatan IFW 2019 sebesar Rp 100 miliar, lebih tinggi daripada capaian tahun lalu yang hanya Rp 80 miliar. "Dua tahun lalu bisa mencapai Rp 100 miliar, sekarang saya pikir bisa sama lagi," kata Poppy dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu (27/3).

Menurutnya, Indonesia Fashion Week 2019 semakin mendapat perhatian dunia internasional karena tidak hanya mencakup ranah budaya, tetapi juga pariwisata. Tahun ini, IFW 2019 menitikberatkan budaya dari Kalimantan yang menjadi inspirasi perayaan budaya dalam pameran.

(Baca: Mety Choa, Mengusung Maison Met ke Panggung Fesyen Dunia)

Poppy menjelaskan, budaya Kalimantan menginspirasi penggunaan bahan baku seperti kain tenun, songket, dan batik dari berbagai wilayah di Indonesia maupun motif perisai, flora dan fauna dalam detail desain busana. Apalagi, rumpun masyarakat Kalimantan sangat unik yang terdiri dari beberapa etnis utama seperti Melayu, Dayak, Banjar, Kutai, dan Dayak Paser.

Budaya Kalimantan merupakan hasil adaptasi, akulturasi, dan asimilasi unsur-unsur budaya dari berbagai suku. Contohnya, Sarung Samarinda, Sarung Tenun Pagatan, Benang Batik Dayak Ngaju, Kain Sasirangan Banjarmasin. "Sehingga budaya Kalimantan dapat makin dikenal luas melalui hasil karya para perancang busana,” ujar Poppy.

Halaman:
Reporter: Michael Reily