Riset Nielsen: Rating Tertinggi Debat Pilpres saat Jokowi vs Prabowo

Ajeng Dinar Ulfiana | KATADATA
Suasana debat capres kedua antara Jokowi dan Prabowo di hotel Sultan, Jakarta (17/2/2019)
Penulis: Michael Reily
Editor: Yuliawati
22/3/2019, 12.59 WIB

Lembaga Nielsen Indonesia membuat riset khusus mengenai tayangan debat pemilihan presiden 2019 yang dibandingkan 2014. Nielsen menyorot rating tertinggi debat saat menampilkan calon presiden Joko Widodo (Jokowi) versus Prabowo Subianto yakni pada debat kedua pada Pilpres 2019, dan debat ketiga pada 2014.

"Menunjukkan bahwa pemirsa televisi sangat antusias untuk mengenal calon pemimpin mereka, serta ingin mendengar setiap gagasan yang disampaikan oleh para calon presiden," kata kata Associate Director Communication and Marketing Nielsen Indonesia Mila Lubis dalam keterangan resmi, Jumat (22/3).

(Baca: Debat Capres 2019, KPU Bakal Tak Undang Lagi Para Menteri)

Nielsen menemukan debat kedua yang menampilkan Jokowi versus Prabowo dengan topik pembahasan energi, pangan, sumber daya alam, lingkungan hidup, dan infrastruktur memiliki share tertinggi, yaitu 73,1%. Sedangkan debat sesi pertama Jokowi-Ma’ruf versus Prabowo-Sandiaga dengan topik hukum, ham, korupsi, dan terorisme masih mencapai 55%.

Namun, penonton televisi sepertinya kurang tertarik pada debat antara Ma’ruf Amin versus Sandiaga Uno, dalam debat sesi ketiga. Dua kandidat wapres ini saling berdebat membahas topik pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaan, sosial, dan kebudayaan hanya memiliki share penonton 44%.

(Baca: Litbang Kompas: Selisih Elektabilitas Jokowi dan Prabowo Hanya 11,8%)

Hasil pantauan Nielsen Television Audience Measurement (TAM) di 11 kota, total raihan penonton pada 2019 mencapai 57,6%, lebih besar daripada 2014 sekitar 49,15%. Untuk porsi penonton debat yang menonton televisi, masyarakat lebih memilih debat daripada tayangan lain yang share-nya sebesar 73%, melonjak jauh dibandingkan share 2014 yang hanya 39%.

Survei Nielsen juga mencatat hasil rating tiga debat Debat Presiden dan Wakil Presiden 2019 jauh lebih besar daripada debat tahun 2014. Secara urut, rating tiga debat pertama tahun 2019 adalah 15,5%, 18,8%, dan 11,3%; capaian yang jauh lebih tinggi daripada lima tahun lalu yang tak pernah menyentuh 10%.

Nielsen Indonesia melakukan pengukuran kepemirsaan atas semua televisi nasional terhadap lebih dari 8,000 orang berusia 5 tahun ke atas yang ada di 11 kota di Indonesia (Jakarta, Bandung, Jogjakarta, Semarang, Surakarta, Surabaya, Denpasar, Medan, Palembang, Makassar, dan Banjarmasin). Hasil pengukuran tersebut tertuang dalam nilai rating, share dan indeks.

Penonton Debat Paling Banyak Berusia 40 Tahun ke Atas

Mayoritas pemirsa debat berusia 40 tahun ke atas dengan indeks 110. Sementara penonton berusia 15-29 tahun memiliki indeks tak pernah lebih besar dari angka 90.

Adapun kelas sosial ekonomi penonton debat masih didominasi oleh penonton kelas atas dalam ketiga debat. Bahkan, penonton kelas sosial ekonomi paling bawah tidak pernah lebih besar dari angka indeks 73. Itu pun hanya untuk menonton debat antara calon presiden petahana Jokowi dan Prabowo.

(Baca: Survei Nielsen: 53% Orang Merasa Aman Transaksi dengan Bank Digital)

Meski begitu, debat pemilihan presiden dan wakil presiden cukup berhasil menjangkau penonton perempuan. Indeks penonton perempuan mencapai 105, 105, dan 101 pada tiga debat, lebih tinggi daripada penonton laki-laki yang hanya 94, 94, dan 99.

Tahun ini, Komisi Pemilihan Umum (KPU) menyelenggarakan lima debat sebelum pesta demokrasi tanggal 17 April 2019. Jumlah stasiun televisi yang menayangkan debat pada tahun ini mencapai 13 stasiun televisi, lebih banyak dari pada 2014 yang hanya 7 stasiun televisi.

"Tak hanya stasiun televisi yang antusias menyiarkan debat, antusiasme para pemirsa televisi pun meningkat pada 2019 ini," kata Mila.