Badan Siber Ajak Facebook dan Twitter Cegah Hoaks Selama Pilpres

ANTARA FOTO/AKBAR NUGROHO GUMAY
Calon Presiden Joko Widodo berorasi dalam acara Parahyangan Bersatu yang juga menjadi ajang silaturahmi dengan tokoh masyarakat dan relawan Balad Jokowi di Aula Villa Istana Bunga, Bandung Barat, Jawa Barat, Minggu (10/3/2019).
Penulis: Dimas Jarot Bayu
Editor: Yuliawati
15/3/2019, 14.06 WIB

Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) meminta penyedia platform media sosial, seperti Facebook dan Twitter ikut mengantisipasi kabar bohong (hoaks) dan ujaran kebencian. Sekretaris Utama BSSN Syahrul Mubarak mengatakan, hoaks dan ujaran kebencian di media sosial semakin marak selama Pilpres 2019.

"Mereka juga harus lebih serius, responsif, dan lebih nyata dalam mengeliminasi berbagai konten negatif yang banyak kita jumpai," kata Syahrul di Jakarta, Jumat (15/3).

BSSN mencatat ada 205 juta serangan siber, termasuk hoaks dan ujaran kebencian selama 2018. Jumlah itu diperkirakan akan semakin besar jumlahnya hingga hari pemungutan suara pada 17 April 2019.

(Baca: WhatsApp Uji Coba Fitur ‘Search by Image’ untuk Perangi Hoaks)

Syahrul mengatakan, jika hoaks dan ujaran kebencian dibiarkan, maka akan membuat ruang siber di Indonesia menjadi tidak ramah. Selain itu hoaks dan ujaran kebencian tersebut dapat mengganggu keamanan nasional.
Syahrul menilai masalah tersebut harus segera diantisipasi dengan melibatkan banyak pihak.

Lebih lanjut, BSSN meminta agar para penyedia platform media sosial dapat membangun kapasitas SDM untuk mencegah hoaks dan ujaran kebencian. BSSN sendiri sudah melakukan edukasi dan literasi dalam mencegah hoaks dan ujaran kebencian.

Selain itu, BSSN telah bekerja sama dengan Cyber Crime Mabes Polri dalam hal penegakan hukum. "Ada beberapa hal yang sudah kami lakukan dan bekerja sama dengan Mabes Polri," kata Direktur Deteksi Ancaman, Deputi I BSSN Sulistyo.

(Baca: Jokowi Ajak Pendukungnya agar Tidak Takut Melawan Hoaks)