Pameran Batik dan Tenun Adat Adiwastra Bidik Transaksi Rp 50 Miliar

Arief Kamaluddin | Katadata
Pameran Gelar Batik 2015
Penulis: Michael Reily
Editor: Pingit Aria
13/3/2019, 15.12 WIB

Kementerian Perindustrian akan mendukung pameran Adiwastra Nusantara 2019 untuk mempromosikan produk tenun dan batik. Pameran yang digelar di Jakarta Convention Center (JCC) pada 20-24 Maret 2019 ini menargetkan transaksi Rp 50 miliar.

"Tren nuansa etnik atau tradisi serta gaya hidup kembali ke alam menjadi referensi generasi muda," kata Ketua Panitia Adiwastra Nusantara 2019 Yantie Airlangga di Jakarta, Rabu (13/3).

Dia menjelaskan, minat masyarakat yang meningkat terhadap kain adat bisa mendongkrak penjualan serta penggunaan kain adat, seperti batik, tenun, jumputan, atau sasirangan. Apalagi, Unesco telah menetapkan batik sebagai warisan budaya dunia sejak 2009.

Menurut Yantie, pameran bakal diikuti 413 stand peserta dari seluruh Indonesia. Panitia pun menetapkan ikon khusus Adiwastra Nusantara seperti Kain Dodotan Solo, Batik Sudagaran Solo, Kain Ulos Kuno, Kain Unggulan Palembang, Pasar Batik Madura, serta Pesona Shibori.

(Baca: Dua Desainer Indonesia Pamerkan Karyanya di Australia)

Yantie, yang juga istri dari Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengungkapkan, bakal ada lomba selendang Indonesia, pameran peragaan busana dari perancang terkenal, serta seminar dan lokakarya dari pelaku usaha seperti Mustika Ratu dan Dharma Pertiwi.

Dia menambahkan, pengenalan warisan nusantara kepada milenial bakal mengangkat kesejahteraan pengrajin batik dan tenun di Tanah Air. "Sekaligus menjadi ajang promosi kepada masyarakat global bahwa Indonesia punya warisan budaya yang mengagumkan," ujar Yantie.

Sementara itu, Direktur Industri Kecil dan Menengah Kimia, Sandang, Kerajinan dan Industri Aneka, Direktorat Jenderal Industri Kecil Menengah dan Aneka, Ratna Utarianingrum, menjelaskan Adiwastra Nusantara telah tersenggelara selama 11 tahun sejak 2008.

Ratna menambahkan, Adiwastra Nusantara memberikan kontribusi terhadap peningkatan gairah pasar kain adat. "Kebanyakan pelaku usaha tenun dan batik adalah usaha kecil dan menengah, sehingga dampak ekonomi pasti positif dan signifikan terhadap para pengrajin dan pengusaha kain," katanya.

(Baca: Delapan Merek Fesyen Tenun NTT Perluas Pasar di Ibu Kota)

Dia menjelaskan, Kementerian Perindustrian memberikan booth pameran untuk 36 industri batik dan tenun binaan pemerintah. Selain itu, ada juga pembicaraan tentang IKM Tanggap Digital dengan narasumber dari Shopee dan Founder Cloth Inc yang jadi binaan pemerintah dalam program Bali Creative Industry dan berbisnis dalam pasar online.

Reporter: Michael Reily