Para Syndicate: Performa Jokowi dalam Debat Kedua Lebih Unggul

ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay
Capres nomor urut 01 Joko Widodo (kiri) dan Capres nomor urut 02 Prabowo Subianto (kanan) berjabat tangan seusai mengikuti debat capres 2019 di Hotel Sultan, Jakarta, Minggu (17/2/2019). Debat itu mengangkat tema energi dan pangan, sumber daya alam dan lingkungan hidup, serta infrastruktur.
Penulis: Dimas Jarot Bayu
18/2/2019, 18.49 WIB

Performa Calon Presiden nomor urut 01 Joko Widodo (Jokowi) dinilai lebih unggul melawan pesaingnya, Prabowo Subianto dalam Debat Capres putaran kedua. Jokowi tampak lebih siap dengan membawa data-data dan statistik selama debat.

Peneliti Para Syndicate, Bekti Waluyo mengatakan, Jokowi tampak lebih siap dengan konten debat yang mengangkat tema energi, pangan, sumber daya alam (SDA), lingkungan hidup, dan infrastruktur tersebut. Jokowi pun lebih mampu menarasikan konten tersebut dengan baik.

Menurut Bekti, Jokowi mampu menjelaskan berbagai data yang dia miliki secara lebih terstruktur dan argumentatif. "Pak Jokowi bisa memanfaatkan debat dengan lebih baik," kata Bekti di Jakarta, Senin (18/2).

Sementara itu, Prabowo dinilai kurang siap dalam debat kedua. Bekti menilai Prabowo terlihat kurang menyerang dalam debat kedua. Padahal, Prabowo berposisi sebagai penantang, di mana dia harusnya mampu melancarkan berbagai kritik kepada Jokowi. "Malah petahana yang cukup sigap menggunakan itu," kata Bekti.

(Baca: Lahan Disindir Jokowi, Prabowo: Kalau Tidak Menyerang, Tidak Lucu)

Direktur Eksekutif Para Syndicate Ari Nurcahyo menilai, Prabowo kurang mampu mengeksplorasi berbagai gagasan yang dimilikinya. Prabowo hanya berkutat pada masalah falsafah dan strategi tanpa mampu merincikan program dan kebijakannya.

Ari mencontohkan, hal ini terlihat ketika Prabowo memaparkan strateginya terkait permasalahan lahan. Prabowo hanya menjelaskan, jika dirinya terpilih, pengelolaan lahan di Indonesia akan dikembalikan kepada Pasal 33 UUD 1945.

Namun, Ketua Umum Gerindra itu tak menjelaskan seperti apa langkah pengembalian pengelolaan lahan sesuai amanat konstitusi tersebut. "Cenderung hanya propaganda dan janji. Tidak ada kebijakan konkrit yang applicable," kata Ari.

Prabowo juga dinilai tak mampu menyampaikan kontras kebijakan yang akan dilakukannya ketika terpilih pada Pilpres 2019. Padahal, kontras kebijakan ini penting sebagai nilai jual agar Prabowo dapat dipilih oleh publik. Alih-alih mengontraskan kebijakan, Prabowo malah mengafirmasi capaian dari petahana selama memerintah. 

(Baca: Jokowi Direspons Positif Warganet, Kuasai Semua Segmen di Debat Capres)

Hal senada disampaikan oleh analis politik dari Exposit Strategic, Arif Susanto. Menurut Arif, Jokowi tampil penuh percaya diri, menguasai materi, dan sempat melakukan serangan terukur kepada Prabowo.

Sebaliknya, meski juga percaya diri, Prabowo tidak banyak mengeksplorasi program kerja dan tidak mampu mengefisienkan waktu. Serangan Prabowo pun relatif bisa dimentahkan Jokowi karena keterbatasan data.

"Panggung praktis dikuasai Jokowi, yang bukan hanya lebih artikulatif, melainkan pula terkesan meyakinkan dengan data numerik dan catatan kebijakan," kata Arif.

Reporter: Dimas Jarot Bayu