Rizal Ramli Sebut Kedaulatan Pangan Hanya Jadi Alat Kampanye Jokowi

ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja
Mantan Menteri Koordinator Kemaritiman Rizal Ramli (kedua kiri) menunjukan surat pengaduan kepada wartawan usai melaporkan adanya dugaan tindak pidana korupsi terkait impor pangan di gedung KPK, Jakarta, Selasa (23/10/2018). Dalam laporannya, Rizal Ramli menilai adanya pelanggaran hukum yang diduga dilakukan pihak-pihak terkait, sehingga bertentangan dengan UU nomor 31 Tahun 1999 tentang pemberantasan Tipikor karena menimbulkan kerugian negara.
29/1/2019, 20.12 WIB

Impor Beras

Politisi Partai Amanat Nasional (PAN) Drajad Wibowo juga menyebut pemerintahan Jokowi sebagai pengimpor beras dalam jumlah besar. Bahkan, Drajad membandingkan data miliknya yang berisi rata-rata impor beras per tahun di era setiap presiden mulai dari Soeharto.

Drajad mengatakan, di era Jokowi impor beras secara rata-rata per tahun mencapai 1,17 juta ton atau posisi kedua teratas setelah era Baharuddin Jusuf Habibie yang mengimpor 2,94 juta ton beras. Di era Megawati Soekarnoputri, impor beras sebanyak 1,14 juta ton. Adapun impor beras di era Abdurrahman Wahid (Gus Dur) mencapai angka terendah yakni 773 ribu ton. "Era Pak Harto itu 0,81 juta ton per tahun dan Susilo Bambang Yudhoyono 0,9 juta ton per tahun," kata Drajad.

Berdasarkan penelusuran Katadata, Faisal Basri dalam tulisannya Impor Beras Sejak Orde Baru Soeharto Hingga Kini, menyebutkan di era Soeharto, impor beras pernah mencapai 1,3 juta ton pada 1995 dan 2 juta ton pada 1996. Setahun kemudian, pemerintah nyaris tak mengimpor beras. Namun, pada saat Soeharto lengser di tahun 1998, impor beras melonjak mencapai 2,8 juta ton dan mencapai puncaknya 3 juta ton pada 1999.

"Itulah salah satu warisan terakhir Soeharto, selain tentu saja krisis ekonomi terparah sepanjang sejarah Indonesia," tulis Faisal. Di masa pemerintahan SBY, impor beras pernah mencapai rekor 2,75 juta ton pada 2011. Faisal menggunakan data Badan Pusat Statistik (BPS) dalam tulisannya. 

Drajad dan Rizal sepakat ada sejumlah langkah harus diambil untuk meningkatkan produksi pangan jika Prabowo-Sandiaga menang dalam Pilpres 2019. Salah satu caranya adalah dengan mencetak sawah baru di luar Jawa dengan luas lahan paling tidak satu juta hektare.

"Lalu setengah juta hektare ladang tebu baru dengan bibit unggul," kata Rizal. Selain itu, pemerintahan baru nantinya akan menyiapkan satu juta hektare lahan untuk menjaga produksi jagung.

(Baca: Tetapkan Visi Misi Indonesia Menang, Prabowo Janjikan 5 Hal Ini)

Halaman:
Reporter: Ameidyo Daud Nasution