Menuju 4.000 Layar, Pengusaha Khawatir Bioskop Independen Tergilas

Ajeng Dinar Ulfiana | KATADATA
Seorang pengunjung Cinema XXI Jatinegara melintas di depan poster film Aqua Man, Matraman, Jakarta Timur (26/12).
Penulis: Dini Hariyanti
7/1/2019, 18.00 WIB

Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) menargetkan terelisasi 4.000 layar sinema pada tahun ini. Pengusaha meminta pemerintah mengawasi penyebarannya agar tidak saling menggilas, terutama di antara bioskop independen dengan produk korporasi besar.

Menurut Ketua Gabungan Perusahaan Bioskop Seluruh Indonesia (GPBSI) Djonny Syafruddin, setidaknya dibutuhkan 3.000 layar sinema di Tanah Air. "Tambahan jumlah layar harus diseleksi ketat, jangan sampai kanibal," tuturnya kepada Katadata.co.id, Senin (7/1).

(Baca juga: Prospek Bisnis Film 2019: Saluran Distribusi Digital Kian Mewabah)

GPBSI meminta pemerintah daerah (pemda) tegas menyikapi tawaran modal asing. Contohnya, apabila di suatu wilayah belum lama diisi sinema independen maka pemda sebaiknya menahan diri untuk menerima aliran investasi baru terutama dari korporasi asing.

Menurut Djonny, perlu jeda waktu beberapa tahun sejak pertama kali bioskop independen beroperasi sampai perusahaan sinema besar hadir. Hal ini bertujuan memeratakan kesempatan kepada pengusaha lokal untuk melakukan penetrasi pasar sesuai rencana bisnis mereka.

"Perlu diimbau pemerintah pusat maupun pemda, kalau ada bioskop independen maka perusahaan besar yang mau masuk harus tunggu dulu beberapa tahun. Ini biar bioskop independen balik modal dulu," ucap Djonny.  (Baca juga: Sineas Minta Komisi Film Fokus Promosikan Insentif di Daerah)

Bekraf mencatat realisasi layar bioskop sepanjang tahun lalu sekitar 1.681 unit. Perusahaan bioskop yang menguasai pasar terutama Cineplex 21 mengoperasikan 1.003 layar, CJ CGV Cinemas 275 layar, dan Cinemaxx 203 layar. Ada pula sekitar 46 layar independen. 

Bisnis film keluar dari Daftar Negatif Investasi (DNI) melalui Peraturan Presiden No. 44/2016. Keputusan ini dianggap sebagai angin segar bagi sebagian pegiat industri perfilman setelah nyaris 30 tahun menutup diri. Salah satu hasilnya, investor Korea Selatan resmi masuk ke Indonesia melalui Lotte Cinema Multiplex.

Perusahaan tersebut membuka lima layar dan menyediakan 759 kursi berlokasi di Jakarta Selatan pada tahun lalu. Lotte Cinema akan bersaing dengan Cinema 21, CJ CGV Cinemas, Cinemaxx, New Star Cineplex, Platinum Cineplex, Movimax, serta sejumlah bioskop independen.

Djonny berpendapat, penyebaran sinema harus proporsional. Selain mempertimbangkan pemerataan kesempatan usaha, juga perlu mencermati daya beli masyarakat setempat. "(Omzet) bioskop independen bisa turun sampai 60% di satu wilayah yang juga dimasuki sinema besar," ujarnya.

(Baca juga: Dua Film dari Adaptasi Novel Hits Akan Dirilis Bulan Depan)

Pada sisi lain, Manael Sudarman selaku Head of Sales and Marketing CJ CGV Cinemas menjelaskan, animo konsumen menjadi pertimbangan utama dalam menetapkan porsi layar untuk satu film. Jumlah layar yang menayangkan film A di suatu wilayah bisa jadi berbeda dibandingkan dengan daerah lain. Fluktuasi permintaan konsumen dipantau sejak hari pertama film diputar.

Aspek lain yang menjadi pertimbangan dalam menetapkan periode tayang adalah populasi film yang rilis pada kurun waktu sama. "Sebelum akan tampil di bioskop, kami diskusi dulu dengan pemilik film terkait konten mereka seperti apa. Pemilik film harus meyakinkan bioskop bahwa mereka punya konten bagus," ujar Manael kepada Katadata.co.id.

(Baca juga: Kisaran Biaya Produksi Film Berdasarkan Kanal Penayangan)

Sementara itu, Ketua Asosiasi Produser Film Indonesia (Aprofi) Fauzan Zidni memperkirakan muncul tambahan sedikitnya 2.000 layar bioskop sepanjang tahun ini. Angka ini mempertimbangkan proyeksi pertumbuhan jumlah penonton menyentuh 65 juta dari target 50 juta pada tahun lalu.

"Jumlah layar semakin banyak seiring penonton yang semakin banyak, dan daftar film yang akan tayang juga banyak. Di atas kertas, (prospek) bisnis tahun ini menjanjikan," kata dia saat dihubungi secara terpisah.

Bekraf mencatat sampai dengan tahun lalu sekitar 80% sinema berada di Pulau Jawa, mencapai 183 unit setara 988 layar. Pada tahun ini, insan film menilai bahwa tambahan layar lebar terus mengikuti sebaran populasi pusat perbelanjaan.