Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian menargetkan penghematan devisa dari pelaksanaan program mandatori pencampuran Solar dengan minyak sawit 20% atau Biodiesel 20% (B20) bisa lebih dari US$ 3 miliar atau sekitar Rp 48,73 triliun pada 2019. Target tersebut dihitung berdasarkan proyeksi penyerapan Fatty Acid Methyl Ester (FAME) sebesar 6,2 juta liter pada periode Januari hingga Desember 2019.
"Diharapkan 2019 dalam pelaksanan B20 penghematan devisa bisa lebih dari US$ 3 miliar," kata Asisten Deputi Produktivitas Energi Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Andi Novianto, di Jakarta, Rabu (5/12). Penghematan tersebut berasal dari penurunan biaya impor Solar.
(Baca: Denda Penyaluran Program B20 Diestimasi Capai Rp 500 Miliar)
Namun, Andi mengatakan target tersebut bisa tercapai jika tidak ada kendala dalam proses pendistribusiannya. Oleh karena itu, diharapkan seluruh pihak terkait dapat terus mendukung kebijakan ketahanan energi dari B20 ini.
Ia juga menjelaskan, ada empat tantangan yang tengah dihadapi dalam mendatori tersebut. Pertama, mengenai teknologi untuk mencampurkan Solar dengan FAME saat ini masih terbatas. Kedua, adanya kampanye-kampanye negatif terkait minyak kelapa sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO). Ketiga, melakukan efisiensi logistik agar bisa menurunkan biaya distribusi. Keempat, keberlanjutan produksi FAME dalam negeri. "Apabila tantangan ini sudah terjawab, ini dapat dilakukan secara berkelanjutan," kata dia.
Sejak awal September sampai 10 Oktober 2018, realisasi penyaluran FAME baru mencapai 437.980 Kilo Liter (KL). Angka ini masih jauh dari target pemerintah sebesar 3,9 juta KL. Jika target 3,9 juta KL bisa terealisasi, ada potensi penghematan devisa hingga Rp 30,59 triliun.
(Baca: Penyaluran Bahan Baku B20 ke Indonesia Timur Mundur Jadi Tahun Depan)