"Kualitas film Indonesia naik signifikan terutama dalam lima tahun terakhir. Jumlah penonton naik, jumlah layar juga naik signifikan. Bahkan, beberapa film Indonesia sempat box office di luar negeri," kata Rahadian Agung selaku Investment Manager Ideosource kepada Katadata.co.id secara terpisah.

Kondisi tersebut sejalan dengan upaya Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) memacu pertumbuhan bisnis kreatif subsektor film, animasi, dan video. Pada tahun depan, Bekraf menargetkan Indonesia memiliki 4.000 layar bioskop.

Rahadian menyatakan, bisnis industri perfilman prospektif. Ideosource sendiri optimistis kelak Indonesia bakal menjadi salah satu pemain yang diperhitungkan di kancah perfilman global.

(Baca juga: Hitung-Hitungan Investasi di Industri Film Ala Ideosource)

Ditanya soal proyeksi perkembangan industri film pada 2019, menurutnya, industri perfilman dalam negeri semakin matang dan memiliki segmen pasar masing-masing. Sementara itu, dari segi genre diperkirakan film aksi bakal lebih diminati.

"Pada 2017 itu genre film drama cukup banyak yang sukses. Pada 2018, ada shifting yang kuat ke genre horor. Pada 2019 action yang dimulai dari Wiro Sableng pada 2018 ini sebagai starting point, dan 3 tahun ke depan lebih ke animasi," ucap Rahadian.

Adapun, Mira Lesmana mengaku berencana menggarap beberapa film dengan karakter berbeda pada 2019. "Satu film yang akan saya buat itu drama, satu lagi film budget kecil yang artistik, dan satu lagi film thriller," kata dia.

Per Juni tahun ini, terdapat sepuluh film terlaris sepanjang masa dilihat dari jumlah penonton a.l. Warkop DKI Reborn Part 1 ditonton 6,86 juta orang, Dilan 1990 (6,31 juta penonton), Laskar Pelangi (4,72 juta penonton), Habibie & Ainun (4,58 juta penonton), Pengabdi Setan (4,21 juta penonton), Warkop DKI Reborn Part 2 (4,08 juta penonton), Ayat-ayat Cinta (3,68 juta penonton), Ada Apa dengan Cinta 2 (3,67 juta penonton), My Stupid Boss (3,05 juta penonton),  dan Ayat-ayat Cinta 2 (2,84 juta penonton).

Halaman: