Pengaruh Besar Buzzer Politik Menentukan Arah Pilihan Masyarakat

ANTARA FOTO/M Agung Rajasa
Penulis: Dimas Jarot Bayu
13/10/2018, 09.00 WIB

Segmen ini disasar lantaran berjumlah 70-80 juta atau 30-40 persen dari seluruh pemilih. Angka tersebut cukup potensial dibandingkan segmen pemilih lainnya. (Baca pula: Selebgram, Buzzer di Media Sosial dan Bisnis Online Akan Dipajaki)

Agar strategi buzzer efektif, Dimas mengklaim Ruang Sandi menggunakan strategi yang lebih kreatif dan inovatif. Selain itu, gagasan dari Sandiaga diterjemahkan ke bahasa yang sesuai dengan target segmen. “Jadi kami masuk substansi, kontennya yang cocok ke anak muda,” kata dia.

Namun tak semuanya sependapat mengenai hal itu. Peneliti Saiful Mujani Research & Consulting (SMRC) Saidiman Ahmad menilai buzzer sebenarnya tak punya pengaruh besar untuk menggaet para pemilih. Sebab, masyarakat Indonesia yang mencari informasi politik melalui media sosial belum terlalu signifikan.

Di Jakarta, kata Saidiman, hanya 20 persen masyarakat yang mencari informasi melalui media sosial. Padahal, Jakarta merupakan kota dengan pengguna media sosial paling besar di Indonesia. “Kalau mereka bermain di media sosial saja, kecil sebetulnya pengaruhnya," kata Saidiman.

Menurut dia, upaya mempengaruhi pemilih masih lebih besar melalui media massa. Pasalnya, masyarakat yang melakukan pencarian informasi melalui televisi di Jakarta saat ini mencapai 55 persen.

Tak hanya itu, kebanyakan isu yang dimainkan di media sosial lebih banyak berasal dari media massa. Ada pun, Saidiman menilai buzzer politik di media sosial lebih berpengaruh jika ditujukan untuk mensosialisasikan terkait kinerja atau platform masing-masing kandidat. 

Halaman: