Uni Eropa Beri Bantuan Rp 25,9 Miliar untuk Korban Gempa Sulteng

ANTARA/BNPB
Kondisi bangunan RS Anutapura yang rusak akibat gempa di Palu, Sulawesi Tengah , Sabtu (29/9).
Penulis: Ekarina
1/10/2018, 11.57 WIB

Bencana gempa dan tsunami yang melanda Sulawesi Tengah telah menarik simpati masyarakat internasional. Uni Eropa dalam keterangan resminya menyatakan akan memberikan 1,5 juta euro atau sekitar Rp 25,91 miliar sebagai dana bantuan kemanusiaan darurat menyusul besarnya jumlah korban dan kerusakan akibat gempa dan tsunami yang melanda Indonesia pekan lalu.

“Kami bertindak cepat menyalurkan bantuan kepada mereka yang paling terkena dampak di Indonesia. Dana ini akan digunakan untuk membantu masyarakat yang paling rentan terdampak, khususnya dalam penyediaan pasokan penting seperti makanan, tempat tinggal, air dan sanitasi serta persediaan medis," kata Komisaris untuk Bantuan Kemanusiaan dan Manajemen Krisis Uni Eropa, Christos Stylianides dilansir dari keterangan resmi, Senin (1/10).

Menurutnya, bantuan itu merupakan wujud solidaritas Uni Eropa, khususnya kepada semua korban serta pihak-pihak yang bekerja keras dalam misi penyelamatan.

(Baca : Gempa Palu-Donggala, Bulog Pastikan Pasokan Beras Aman)

Selain itu, Komisi Uni Eropa juga akan menempatkan seorang ahli kemanusiaan ke daerah terdampak untuk membantu mengoordinasikan upaya bantuan Uni Eropa serta mengaktifkan layanan pemetaan satelit Copernicus darurat Uni Eropa.

Pusat Koordinasi Tanggap Darurat 24/7 (ERCC) Komisi secara ketat memantau perkembangan dan siap untuk menyalurkan dukungan lebih lanjut sebagaimana diperlukan. Komisi juga memobilisasi bantuan darurat untuk gempa bumi yang melanda Lombok kemarin.

Sebelumnya, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memastikan telah terjadi tsunami di wilayah Palu, Donggala, dan Mamuju, Sulawesi Tengah. Di Palu, tsunami diperkirakan terjadi sekitar pukul 17.22 WIB atau 18.22 WITA dengan level siaga dan dengan ketinggian sekitar 0,5-3 meter.

Sementara di Donggala dan Mamuju, BMKG memperkirakan tsunami terjadi dengan tingkat waspada, yakni dengan ketinggian kurang dari 0,5 meter. "Artinya memang benar telah terjadi tsunami 1,5 meter," kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam video conference dari Yogyakarta, Jumat lalu.

Dwikorita mengatakan, tsunami tersebut muncul akibat adanya gempa bumi sebesar 7,7 SR yang berjarak 26 KM di utara kota Donggala pada koordinat 0,20 LS dan 119,89 BT. Gempa tersebut terjadi pada Jumat (28/9) pukul 17.02 WIB atau pukul 18.02 WITA.

(Baca : Jaringan Telekomunikasi Akibat Gempa dan Tsunami Palu Mulai Pulih)

Gempa tersebut terjadi akibat aktivasi sesar geser palu koro. "Jadi di situ terjadi mekanisme pergerakan dari struktur gempa mendatar," kata Dwikorita.

Sementara menurut data Tim Aksi Cepat Tanggap (ACT), jumlah korban meninggal dunia akibat gempa dan tsunami yang melanda Donggala-Palu, Sulawesi Tengah hingga saat ini mencapai 1.203 jiwa.

ACT juga mencatat korban luka berat sebanyak 540 orang yang tersebar di beberapa lokasi rumah sakit. Sementara untuk jumlah pengungsi di Kota Palu berdasarkan pantauan hingga Minggu (30/9) pukul 20.00 WIB diperkirakan sebanyak 16.732 jiwa yang tersebar di 123 lokasi pengungsian dengan wilayah terdampak gempa yakni antara lain Kota Palu, Kabupaten Donggala, Kabupaten Sigi, dan Kabupaten Parigi Moutong.