Menanti Gaya 'The New Prabowo' untuk Gaet Kaum Milenial

ARIEF KAMALUDIN | KATADATA
Prabowo Subianto akan rebranding diantaranya meninggalkan kemeja putih berkantong empat.
Penulis: Dimas Jarot Bayu
Editor: Yuliawati
26/8/2018, 16.13 WIB

Sebentar lagi calon presiden Prabowo Subianto tampil ke publik dengan gaya berbeda. The New Prabowo tengah disiapkan, dengan memoles citra Ketua Umum Gerindra tersebut menjadi tak lagi galak dan temperamental.

Gaya orasi Prabowo yang biasa berapi-api akan ditinggalkan. Lontarannya tentang Indonesia akan bubar pada 2030, mungkin tak lagi akan kita dengar selama masa kampanye.

Tampilan fisik pun akan bersalin rupa. Prabowo bakal berpakaian lebih modis, tak lagi melulu memakai kemeja putih berkantong empat.

Calon wakil presiden Sandiaga Uno yang memperkenalkan The New Prabowo sejak beberapa hari terakhir.

"Pak Prabowo itu orangnya asyik, The New Prabowo  sekarang orangnya sangat cair, sangat mendengar, menghormati," kata Sandiaga kepada wartawan, Rabu (22/8).

(Baca juga: Jokowi dan Sandi Saling Berebut Suara Milenial di Pilpres 2019)

Gaya baru Prabowo bertujuan menarik para pemilih dengan rentang usia 17-39 tahun atau generasi milenial. Peneliti LSI Denny JA, Rully Akbar memandang Prabowo memang perlu melakukan rebranding politik untuk menyaingi lawannya, Joko Widodo-Ma'ruf Amin dalam Pilpres 2019.

Para pemilih milenial memang cukup potensial. Berdasarkan data Saiful Mujani Research Center (SMRC) pada Desember 2017, jumlah generasi milenial dengan rentang umur 17-34 tahun mencapai 34,4% dari jumlah masyarakat Indonesia sebesar 265 juta. Sementara itu, KPU pada Juli 2018 memprediksi jumlah pemilih muda mencapai 70-80 juta atau 35-40% dari 139 juta orang.

Dengan menggaet suara millenial, Prabowo-Sandiaga bakal memiliki daya dongkrak terhadap elektabilitasnya saat ini. Apalagi, elektabilitas Prabowo-Sandiaga masih belum mampu menyaingi Jokowi-Ma'ruf.

(Baca juga: Tebar Ketakutan, Prabowo Dinilai Ikuti Strategi Trump saat Pilpres AS)

Berdasarkan survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA pada 12-19 Agustus 2018, Prabowo-Sandiaga hanya mendapatkan perolehan suara sebesar 29,5%. Sementara, elektabilitas Jokowi-Ma'ruf kini telah mencapai 52,2%.

Hasil survei tersebut juga menunjukkan pasangan Jokowi-Ma'ruf yang lebih dekat dengan segmen pemilih millenial dengen elektabilitasnya mencapai 50,8%. Sementara Prabowo-Sandi hanya memperoleh suara sebesar 31,8%.

"The New Prabowo memang harus dilakukan," kata Rully di kantornya, Jakarta, Jumat (24/8).

Meski demikian, Rully menilai proses rebranding Prabowo tak akan berjalan mulus.  Tim pendukung Jokowi diperkirakan akan tetap menggunakan isu-isu Pilpres 2014 yang menggerus Prabowo. Misalnya isu keterlibatan Prabowo dalam penculikan aktivis 1998.  

(Lihat: CSIS: Generasi Milenial Optimis Jokowi-JK Mampu Tingkatkan Pembangunan).

 Jokowi juga dianggap memiliki citra lebih positif di mata masyarakat saat ini. Sebab, Jokowi sebagai inkumben telah memiliki platform dan kinerja yang bisa dirasakan masyarakat.

Karenanya, Prabowo dinilai perlu menjual isu-isu yang lebih menarik dan tidak basi dalam kampanyenya melawan Jokowi-Ma'ruf. Selain itu, sinergi antara Prabowo dengan Sandiaga perlu lebih diintensifkan.

Alasannya, sosok Sandiaga dianggap dapat menjadi representasi pemilih muda saat ini. "Jadi yang dilihat nanti sebenarnya konteks mereka secara paket Prabowo-Sandi, bukan Prabowo secara personal," kata Rully.