Penetrasi Awal Jokowi Membidik Pemilih Muslim dan Milenial

Ameidyo Daud Nasution
12 Agustus 2018, 06:00
Jokowi-Ma'ruf Amin
ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari
Calon presiden petahana Joko Widodo didampingi calon wakil presiden Ma'ruf Amin dan para petinggi partai politik pendukung tiba di Gedung Joang, Jakarta, Jumat (10/8).

Keputusan Joko Widodo (Jokowi) pada Kamis malam kemarin mengejutkan sebagian kalangan. Kabar kuat mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD menjadi kandidat wakil Jokowi tiba-tiba tersisih oleh Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia Ma’ruf Amin. Namun, sebenarnya ada yang mirip dari dua tokoh itu, yakni sama-sama representasi “umat” sebagai penggambaran “muslim santri”. Ini satu di antara segmen besar yang akan diperebutkan pada Pilpres 2019, selain kalangan muda atau milenial.

Upaya Jokowi mendekati muslim santri makin intens sejak tahun lalu. Hal ini seiring pemilihan gubernur DKI Jakarta yang diwarnai gegap-gempita aksi Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF) Ulama yang kerap mengusung tema umat. Karena itu, mantan Wali Kota Solo itu tak mengendurkan langkahnya pada tahun ini. Blusukan ke pesantren, bagi-bagi sertifikat tanah hingga sepeda, serta peluncuran bank wakaf mikro di tengah kelompok umat kerap dilakukan.

(Baca: Alasan Jokowi dan Parpol Pilih Ma'ruf Amin sebagai Cawapres)

Misalnya, pada 14 Maret 2018, Jokowi datang ke Pondok Pesantren An Nawawi di Balaraja, Serang, Banten. Mengenakan setelan peci, jas, dan sarung, dia disambut Ma’ruf Amin yang juga pendiri pesantren tersebut. Dalam kesempatan itu, mereka sempat membahas Bank Wakaf Mirko An Nawawi. Menurut Jokowi, lembaga keuangan ini bisa menjadi solusi pendanaan warga sekitar dibandingkan harus berurusan dengan rentenir.

Selain pesantren, Presiden Jokowi kerap datang ke kegiatan-kegiatan ormas Islam. Pertengahan pekan ini, misalnya, dia hadir di aula gedung pemerintahan Kabupaten Bogor untuk membuka Pendidikan Kader Ulama Majelis Ulama Indonesia (MUI) Angkatan XII.

Dalam kata pengantarnya, Jokowi menekankan bahwa Indonesia merupakan negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia dan memiliki sekurangnya 714 suku sehingga wajib menjaga persatuan. Dia sempat meminta agar iklim politik menjelang Pilpres 2019 tidak menimbulkan kebencian, namun prasangka baik sesama umat. “Ini tugas untuk disiarkan terus,” kata Jokowi.

(Baca juga: Jokowi Andalkan Ma'ruf Amin untuk Perkuat Ekonomi Umat).

Ketika itu, Jokowi mengenakan jas kenegaraan berbalut sarung beraneka warna. Tidak lupa songkok hitam terpasang rapih di kepala. Narasi besar yang diangkat mulai dari semangat menjaga ukhuwah Islamiyah dan wathaniyah alias persaudaraan Islam dan kebangsaan hingga janji meningkatkan harkat umat melalui perbaikan kondisi ekonomi.

Walau kegiatannya banyak disorot sebagai upaya politik mendekati golongan muslim, Jokowi memiliki alasan sendiri mengapa pesantren selalu disempatkan dalam setiap kunjungannya ke daerah. Menurut dia, pesantren merupakan salah satu pendukung utama pembangunan karakter bangsa sehingga perlu perhatian khusus. “Hal-hal terkait akhlak, perilaku, dan etika dibangun sangat baik di pondok pesantren,” ujarnya.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...