Gaya hidup sehat telah menjadi sebuah tren di kalangan masyarakat urban. Dunia usaha pun mulai melirik kegemaran masyarakat berolahraga dan mengonsumsi makanan dan minuman sehat sebagai potensi bisnis, salah satunya adalah Sana Studio.
Berdiri di Jakarta - tepatnya Jalan Panglima Polim - sejak 2012, Sana Studio menjadi pionir olahraga yang terkurasi, tidak seperti gym yang berfokus pada olahraga yang menuntut usaha keras.
Co-Founder Sana, Abimantra Pradhana mengaku banyak orang yang memulai gaya hidup aktif dengan berolahraga medio 2012 seiring berjalannya hari bebas kendaraan bermotor di Jakarta, setiap akhir pekan. “Kami ingin menyediakan wadah bagi orang-orang yang gemar melakukan olahraga,” kata Abimantra kepada Katadata, Selasa (14/8) lalu.
Sana Studio pun mendapatkan apresiasi dari berbagai kalangan, termasuk selebritis. Dian Sastrowardoyo, Adinia Wirasti, bahkan Putri Marino sebagai bintang muda disebut kerap datang untuk berolahraga.
Selebritis atau bukan, menurut Abimantra, Sana Studio selalu berusaha memberi yang terbaik bagi setiap pengunjungnya. Sebab, konsumen yang puas adalah duta bagi sebuat brand. Mereka akan menginformasikan keberadaan brand ini di lingkaran pergaulannya.
(Baca juga: Pesona Keramik Bali Jenggala Incar Pasar Amerika)
Dari mereka, Sana Studio pun seolah mendapatkan promosi gratis karena orang lain akan tertarik dan bakal ikut datang untuk mencoba. “Kami melakukan pendekatan sebagai teman, karena tujuannya adalah berolahraga,” ujar Abimantra.
Berhasil mengembangkan 30 murid sebagai instruktur, Sana Studio pun mulai melakukan ekspansi di dua wilayah lain di Jakarta Selatan, yaitu Cipete dan Cilandak.
Tak hanya mengembangkan studio fitness, Sana pun mencoba peluang bisnis baru yang masih berkaitan dengan gaya hidup sehat, yakni kafe. Kopi Sana pun dibangun tepat di sebelah Sana Studio di Jalan Panglima Polim.
Toh, kedua usaha ini saling terkait. Menurut Abimantra, lebih dari setengah orang yang berolahraga itu pencinta kopi karena mereka butuh adrenaline booster. “Kami ingin membuat sesuatu yang digemari oleh komunitas dan juga orang banyak. Tidak pikir panjang, pasti kopi,” kata Abimantra.
Kopi Sana juga berinovasi dengan menciptakan cita rasa yang khas dengan roasting profile yang menghasilkan karakteristik medium to dark. “Jadi rasa kopinya bersahabat karena manis, tapi ada rasa pahit yang lumayan tebal yang disukai pencinta kopi berat,” ujarnya.
Selain itu, pembuatan Kopi Sana tidak menggunakan susu sapi. Tiga ragam susunya adalah susu rendah lemak, susu kedelai, dan susu almond. Gulanya juga berasal dari gula kelapa atau kayu manis sehingga lebih sehat.
(Baca juga: Oldblue Co, Brand Fesyen Denim Lokal Sasar 6 Negara)
Dengan racikan itu, Abimantra mengaku penjualan Kopi Sana sudah stabil di kisaran 500 hingga 800 cangkir per hari. Es Kopi Susu Sana sendiri dibanderol dengan harga Rp 20 ribu per cangkir. Selain itu, ada menu specialty coffee lain yang harganya berada dalam rentang Rp 18 ribu sampai Rp 20 ribu per gelas.
Semakin banyak saingan tak membuat Kopi Sana surut. Bahkan, Abimantra dan adiknya baru saja meluncurkan Kopi Sana jilid kedua pekan lalu di bilangan Kemang. Sasaran pasarnya kali ini berbeda: ibu muda, ibu hamil, dan anak-anak.
Segmentasi pasar di Panglima Polim yang terlalu urban membuat pria yang berprofesi arsitek itu memilih tema lain untuk ekspansi Kopi Sana di Kemang, yaitu keluarga. “Kami ingin menjadi top of mind masyarakat untuk gaya hidup sehat, dari anak-anak sampai orang dewasa,” kata Abimantra.
Renvika Rivanty yang tengah menempuh program master mengaku hampir tiap pekan nongkrong di Kopi Sana. Meski bisa dengan mudah memesan kopinya lewat layanan pesan antar, ia lebih suka datang langsung.
Desain kafe yang hangat, menurutnya tak membuat pengunjung terintimidasi, meski tempatnya bersebelahan dengan studio fitness. “Saya sangat suka rasa kopinya,” ujar Renvika.