Pemerintah menyatakan proyek ultra laut dalam atau Indonesia Deepwater Development (IDD) belum tentu bisa beroperasi sesuai target. Proyek tersebut harus dievaluasi ulang lantaran keluarnya Blok Makassar Strait dari bagian blok minyak dan gas tersebut.
Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Migas) Kementerian ESDM Djoko Siswanto mengatakan dengan keluarnya Makassar Strait maka Chevron perlu waktu untuk memperbaiki proposal IDD mereka. “Karena Makassar Strait take out jadi evaluasi ulang. Jadwal produksi mundur,” kata dia di Kementerian ESDM, Senin (13/8).
Djoko memberi tenggat kepada Chevron untuk menyelesaikan revisi proposal pengembangan atau Plan of Delevopment (PoD) IDD selama tiga bulan ke depan mulai bulan ini. Targetnya, pada akhir Oktober harus sudah ada kejelasan proposal dari Chevron.
(Baca juga: Lelang Blok Makassar Strait, South Jambi B, Selat Panjang Pekan Depan)
Dengan tenggat tersebut diharapkan jadwal operasi proyek IDD tidak mundur terlalu jauh, tak lebih dari tiga bulan tadi. Bila mengacu data Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas (SKK Migas), proyek ini dipatok bisa beroperasi mulai kuartal empat 2023.
Sebagai gambaran, dengan keluarnya Makassar Strait dari proyek IDD, Chevron hanya mengelola dua blok saja dalam mengembangkan proyek tersebut yakni Blok Ganal dan Rapak. Saat ini, SKK Migas masih menghitung ulang besaran biaya pengembangan proyek IDD seiring rencana awal yang diajukan Chevron berubah.
(Baca juga: Proyek IDD Tetap Jalan Tanpa Makassar Strait)
Hasil kajian pekerjaan desain awal atau pre front end engineering design ( pre-FEED) yang telah selesai Juni lalu menyebutkan Chevron berencana membangun pipa bawah laut untuk mengambil produksi dari Lapangan Maha. Namun, karena Chevron memutuskan untuk tidak mengembangkan Makassar Strait, opsi terserbut gagal.
“Nah cost-nya jadi berapa sedang dihitung,” kata Kepala SKK Migas Amien beberapa waktu lalu.