Pendandatanganan pokok perjanjian (Head of Agreement/HoA) pada 12 Juli 2018, belum sepenuhnya membuat perusahaan PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) memiliki 51% saham PT Freeport Indonesia (PTFI). Untuk bisa menguasai mayoritas saham Freeport, induk usaha tambang itu harus melewati beberapa tahapan lagi.
Deputi Pertambangan, Industri Strategis, dan Media Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Fajar Harry Sampurno mengatakan ada tiga perjanjian lagi yang perlu diselesaikan, yakni perjanjian pembelian (purchase agreement), exchange agreement, dan shareholder agreement. Targetnya, sebelum bulan depan tiga perjanjian itu rampung. “Ini yang kami bereskan. Sebelum Agustus,” kata dia di Jakarta, Selasa (17/7).
Vice President Corporate Communication Inalum Rendy Witular juga tidak membantah mengenai masih adanya tahapan tersebut. "Detailnya panjang jelasinnya. Intinya akan ada beberapa lagi,” kata dia kepada Katadata.co.id, Rabu (18/07).
Pihak Inalum juga masih melakukan negosiasi lanjutan mengenai hal tersebut. Harapannya, negosiasi itu bisa selesai secepatnya.
Juru bicara PT Freeport Indonesia Riza Pratama masih enggan mengomentari tahapan negosiasi tersebut. "Kami masih terus melakukan pembicaraan untuk kesepakatan selanjutnya dengan pemerintah. Detailnya masih dibicarakan," ujar dia.
Dalam perjanjian HoA, Kamis (18/7) lalu, Inalum harus mengeluarkan dana US$3,85 miliar untuk membeli hak partisipasi Rio Tinto di PTFI dan 100% saham FCX di PT Indocopper lnvestama, yang memiliki 9,36% saham di PTFI. Penyelesaian jual beli tersebut ditargetkan selesai paling cepat 30 hari atau maksimal 60 hari ke depan.
Inalum akan menggunakan dana internal dan perbankan untuk melunasi divestasi itu. Hingga kini ada 11 bank yang akan mendanai proses divestasi tersebut, tiga diantaranya adalah bank milik Badan Usaha Milik Negara (BUMN), yaitu Bank Mandiri, Bank Rakyat Indonesia (BRI), dan Bank Nasional Indonesia (BNI). Sisanya swasta dan asing.
(Baca: Inalum Akan Kuasai Freeport dengan Pinjaman Bank Asing)
Inalum memiliki uang tunai sebesar US$ 1,5 miliar. "Kami berharap dalam dua bulan bisa selesai semua,"kata Direktur Utama Inalum, Budi Sadikin di Jakarta, Kamis (12/7).