Survei SMRC: Mahfud MD dan Sri Mulyani Dianggap Tepat Jadi Cawapres

ANTARA FOTO/Yudhi Mahatma
Presiden berdiskusi dengan Menteri Keuangan Sri Mulyani di Istana Negara, Jakarta, 7 Desember 2016.
Penulis: Dimas Jarot Bayu
Editor: Yuliawati
5/7/2018, 18.33 WIB

Melihat hasil ini, Djayadi menilai politisi saat ini masih belum banyak dipertimbangkan untuk bisa maju dalam Pilpres 2019. Hanya Airlangga saja yang namanya yang dianggap memilki kualitas personal mumpuni.

Itu pun, lanjut Djayadi, hanya menurut penilaian elite dan opinion leader. "Sementara di tingkat massa pemilih nasional, kualitasnya (Airlangga) tidak jauh berbeda dengan tokoh-tokoh partai yang lain," kata Djayadi.

Hindari gesekan partai

Peneliti politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Syamsuddin Haris berpendapat, hasil survei ini bisa menjadi pertimbangan Jokowi untuk mencari calon wakil presiden (cawapres) dari tokoh nonpartai. Alasannya, masyarakat tidak melihat politisi sebagai kandidat cawapres terbaik berdasarkan kualitas personal.

Dua nama yang konsisten unggul secara kualitas personal, Mahfud dan Sri Mulyani justru berasal dari tokoh nonpartai. "Ini bisa membuka mata bagi Jokowi bahwa jangan-jangan kandidat yang terbaik bukan dari partai, tapi nonpartai," kata Syamsuddin.

Selain itu, Syamsuddin pun menyarankan Jokowi untuk memilih tokoh nonpartai untuk menghindari gesekan dalam koalisi. Saat ini, koalisi pendukung Jokowi cukup gemuk karena berasal dari PDIP, Nasdem, Golkar, PPP, dan Hanura.

Dengan memilih tokoh nonparpol, Syamsuddin menilai status partai pendukung Jokowi akan lebih setara dalam koalisi. "Saya mengusulkan jokowi tidak mengambil salah satu ketua umum partai," kata Syamsuddin.

Survei yang dilakukan SMRC menggunakan metode yang dibagi berdasarkan kriteria responden, baik elit, opinion leader, maupun massa pemilih nasional. Survei terhadap elit dilakukan dengan metode wawancara mendalam terhadap 12 narasumber yang berasal dari tokoh politik, sosial keagamaan, teknokrat, serta pengusaha besar.

Metode purposive sampling dilakukan terhadap 93 orang opinion leader yang berasal dari pengamat, intelektual kampus dan lembaga riset, serta pemimpin redaksi. Survei terhadap massa pemilih nasional dilakukan dengan metode multistage random sampling terhadap 2530 responden di seluruh Indonesia dengan margin of error sebesar +/- 2,1% dan tingkat kepercayaan 95%.

Halaman: