Lima Polisi Meninggal dalam Kerusuhan di Rutan Mako Brimob

ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso
Personil Brimob berjaga di depan Mako Brimob Kelapa Dua pasca bentrok antara petugas dengan tahanan Rutan Brimob di Depok, Jawa Barat, Rabu (9/5) dini hari.
Penulis: Dimas Jarot Bayu
9/5/2018, 18.29 WIB

Enam orang meninggal dalam kerusuhan yang terjadi di Rutan Mako Brimob Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat. Kepala Biro Penerangan Masyarakat Mabes Polri Brigjen M Iqbal mengatakan jumlah itu terdiri dari lima personel kepolisian dan satu orang narapidana terorisme.

Kelima personel polisi yang tewas yakni Bripda Wahyu Catur Pamungkas, Bripda Syukron Fadhlo, Ipda Rospuji, Bripka Denny, dan Briptu Fandi. Adapun, satu narapidana terorisme yang tewas yakni Benny Syamsu Tresno. “Saat ini (korban tewas) sudah di Rumah Sakit Kramat Jati,” kata Iqbal di Mako Brimob Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat, Rabu (9/5).

Menurut dia, satu narapidana terorisme yang tewas akibat melawan dengan mengancam nyawa petugas. Dia juga disebut mengambil senjata petugas. Karenanya, polisi mengambil upaya paksa kepada narapidana tersebut.

Sementara terhadap satu personel kepolisian yang disandera oleh narapidana terorisme -Brigadir Iwan Sarjana- polisi masih berupaya menyelamatkannya. “Satu rekan kami masih di dalam, masih disandera,” kata Iqbal.

Polisi mengklaim situasi di Rutan Mako Brimob terkendali. Aparat telah mengamankan Blok C yang menjadi lokasi kerusuhan.

(Baca: Polisi: Kerusuhan di Mako Brimob Tak Didalangi ISIS)

Dalam menangani insiden ini, polisi terus melakukan upaya persuasif agar para narapidana terorisme tetap tenang dan mengikuti aturan. Upaya tersebut dilakukan dengan negosiasi. “Negosiasi kepada beberapa orang tahanan yang mau diajak berkomunikasi yang tujuannya adalah upaya-upaya kedua belah pihak menemukan satu solusi,” kata Iqbal.

Dia meminta doa kepada masyarakat agar insiden ini dapat ditanggulangi dengan baik. Iqbal pun mengimbau media massa dapat bekerja sama dengan kepolisian agar insiden ini tidak terlalu dibesarkan. Menurut Iqbal, jika insiden ini dibesar-besarkan akan menguntungkan para teroris dalam menyebar ketakutan.

Sebelumnya, ia menyebutkan bahwa pemicu kerusuhan di Rutan Mako Brimob hanya karena masalah titipan makanan narapidana terorisme yang belum diberikan oleh petugas Rutan. Ketika itu, titipan makanan harus diverifikasi sesuai prosedur. Namun narapidana terorisme tak terima dan mengajak rekan-rekannya untuk melakukan kerusuhan.

Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Argo Yuwono mengatakan hal senada. Menurutnya, peristiwa ini bermula ketika narapidana terorisme menanyakan titipan makanan dari keluarganya kepada petugas rutan. Hanya saja, petugas menyatakan jika titipan tersebut berada di anggota lainnya.

Akibat tak terima, narapidana terorisme tersebut mengajak rekan-rekannya melakukan kerusuhan. Argo mengatakan, kerusuhan terjadi di Blok B dan C Rutan Mako Brimob. “Napi membobol pintu dan dinding sel, kemudian tidak terkontrol lagi,” kata Argo. Para narapidana lalu berlarian dan menyebar keluar sel. Mereka lalu mengarah ke ruangan penyidik.

Ketika itu terdapat empat anggota penyidik Densus 88 yang sedang memeriksa tersangka baru, yakni Iptu Sulastri, Brigadir Lalu Abdul Haris, Briptu Hadi Nata, dan Bripda Muh Ramdhani. Mereka diketahui dipukuli oleh para narapidana yang kabur.

Menurut Argo, Sulastri mengalami luka memar di mata sebelah kiri dan mulut. Abdul Haris mengalami luka sobek dalam di kepala belakang. Sementara Hadi mengalami luka sobek di kepala. “Ramdhani luka di kepala terkena lemparan asbak,” kata Argo.