Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral/ESDM bekerja sama dengan pemerintah Prancis dalam memitigasi bencana gunung api di Indonesia. Kerja sama ini ditandai dengan penandatanganan kesepakatan (agreement) antara Duta Besar Prancis untuk Indonesia Jean-Charles Berthonnet dan Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM Rudy Suhendar. Disaksikan Menteri ESDM Ignasius Jonan.
Menurut Suhendar, saat ini Prancis memiliki teknologi dan sistem pemantauan gunung api yang canggih. Dengan begitu, harapannya pemantauan bahaya gunung api bisa lebih mudah. Apalagi Indonesia memiliki 127 gunung api aktif. "Kami perlu meningkatkan sisi monitoring,” kata dia di Jakarta, Senin (26/3).
Salah satu yang menjadi fokus pemantauan ada di Maluku Utara. Ini karena gunung api di wilayah tersebut kmasih dalam keadaaan aktif, sehingga perlu dilakukan peningkatan sistem pemantauan.
Kerja sama lainnya adalah pertukaran ilmuwan dan mahasiswa antara para pihak. Kemudian pertukaran informasi di bidang yang merupakan kepentingan bersama untuk para pihak, dan pembentukan penelitian bersama. "Ini untuk meningkatkan kapasitas di bidang vulkanologi," kata Rudy.
Lembaga yang bertanggung jawab atas pemantauan pelaksanaan kerja sama ini adalah Pemerintah Republik Indonesia melalui Badan Geologi Kementerian ESDM. Sedangkan untuk Pemerintah Republik Prancis dilakukan Kedutaan Besar Perancis di Indonesia, melalui koordinasi dengan Kementerian Eropa dan Luar Negeri serta Kementerian Pendidikan Tinggi, Riset, dan Inovasi.
Menurut Rudy perjanjian kerjasama ini adalah perpanjangan dari perjanjian yang pernah ditandangani puluhan tahun lalu. Kerjasama ini terus diperpanjang lantaran memiliki manfaat antara kedua belah pihak.
Dalam sejarahnya, hubungan Prancis dan Indonesia dalam bidang vulkanologi telah di mulai sejak 1964 dengan keterlibatan seorang volkanolog Perancis ternama, Haroun Tazieff. Haroun merupakan pemimpin tim internasional di bawah naungan United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization/UNESCO yang beberapa kali datang ke Indonesia untuk mengkaji resiko ancaman bahaya gunung api.
Tahun 1970, puluhan ahli ilmiah dari Prancis juga berkunjung ke Indonesia untuk meneliti sejumlah gunung api yang dianggap sebagai ancaman utama pemerintah Indonesia. Di antaranya adalah Gunung Merapi Kelut, Krakatau dan Dieng.
Perjanjian pertama antara pemerintah Prancis dan Indonesia di bidang vulkanologi diteken secara resmi pada 1986. Selama 30 tahun lebih, puluhan mahasiswa Indonesia menempuh pendidikan S1 dan S3 di Prancis.
Duta Besar Prancis untuk Indonesia Jean Charles Berthonnet mengatakan pihaknya siap mendatangkan ahli vulkanologinya ke Indonesia. " Kami akan kirim ahli vulkanologi ke Indonesia," kata dia.
Menteri ESDM Ignasius Jonan berharap kerja sama ini dapat bermanfaat bagi masyarakat Indonesia, terutama bagi masyarakat yang tinggal di area yang dekat gunung api. "Saya pikir untuk beberapa daerah ini harus sangat hati-hati, harus ada persiapan untuk menghadapinya, bagaimana kita bisa buat isu ini menjadi perhatian publik," kata dia.
Dari kerjasama itu, komitmen pihak Indonesia meliputi empat hal. Pertama, menyediakan tenaga ahli dan asisten Indonesia untuk kegiatan di lapangan. Tenaga ahli tersebut merupakan rekan imbangan para ilmuwan Prancis, yang telah dipilih sesuai dengan bidang kegiatan.
Kedua, membantu dalam pengurusan izin yang diperlukan oleh tim Prancis yang terlibat dalam kerja sama ini untuk memasuki dan meninggalkan wilayah Indonesia. Izin itu antara lain izin penelitian, izin kerja, dan izin tinggal yang dikeluarkan oleh pemerintah setempat dan pemerintah Indonesia.
Ketiga, menanggung gaji dan pengeluaran di lapangan dari staf Badan Geologi Kementerian ESDM ketika melaksanakan pekerjaan lapangan dan analisis data di Indonesia. Keempat, membantu pihak Prancis mendapatkan pembebasan pajak dan bea sesuai dengan hukum dan peraturan perundang-undangan pajak yang berlaku di Indonesia.
(Baca: Dua Bulan Terakhir, Indonesia Alami 434 Gempa Bumi)
Adapun pihak Prancis akan menyediakan peralatan yang sesuai, melalui perantaraan para ahli Prancis, untuk melaksanakan kajian tentang bahaya geologi di Indonesia yang berkaitan. Kemudian ikut serta dalam mengembangkan sistem pemantauan gunung berapi yang dapat menganalisis data geofisika, geologi, dan geokimia yang telah dikumpulkan.
Komitmen Prancis lainnya adalah membantu staf pihak Indonesia yang terlibat dalam kerja sama ini, seperti mendapatkan visa yang diperlukan staf tersebut untuk memasuki dan meninggalkan wilayah Perancis apabila diperlukan. Pihak Prancis menanggung sendiri biaya pengeluaran pihaknya.