BPH Migas Targetkan 73 Titik Penyalur BBM Satu Harga di 2018

ANTARA FOTO/Jessica Helena Wuysang
Sebuah mobil tangki mengangkut Bahan Bakar Minyak (BBM) melintasi kawasan Siantan usai dilepas Presiden Joko Widodo dari Terminal BBM Pertamina Pontianak, Kalbar, Jumat (29/12).
Penulis: Ihya Ulum Aldin
Editor: Yuliawati
19/2/2018, 18.25 WIB

"Satu SPBU melayani 35 ribu orang. SPBU berjumlah kurang lebih enam ribu sampai tujuh ribu," ujar Yugi.

Penyebab terbatasnya jumlah SBPU ini karena modal yang besar hingga miliaran rupiah. Mengatasi hal itu BPH Migas menerapkan sub-penyalur BBM yang mirip penjaja bensin eceran, hanya saja harga diatur oleh Pemerintah Daerah setempat.

Fansurullah mengatakan bahwa investasi yang dikeluarkan untuk membangun sub penyalur ini hanya Rp 500 juta hingga Rp 100 juta saja. "Sudah mulai di Asmat sebanyak tiga lokasi, Selayar dua lokasi. Yang mengajukan ke Bupati sudah 170 daerah," katanya.

Pasokan BBM yang ada di sub-penyalur ini akan diambil dari SPBU terdekat dengan radius lima kilometer dari SPBU terdekat. "Kira-kira dua tahun balik modal," kata Fansurullah.

Selama 2017 tercapai pembangunan 57 titik lokasi penyaluran BBM satu harga, terdiri dari 54 titik dibangun Pertamina dan tiga titik lainnya dikerjakan AKR Korporindo. Pemerintah menargetkan program BBM satu harga mencakup 159 titik hingga tahun 2019, yang akan dikerjakan Pertamina sebanyak 150 titik, dan sisanya oleh AKR Korporindo.

(Baca: Hingga 2019, Pertamina Butuh Rp 3 Triliun untuk BBM Satu Harga)

Halaman: