Istana Kepresidenan menggelar Lomba Masak Ikan Nusantara untuk menyambut Hari Ulang Tahun Indonesia ke-72. Pemenang lomba akan mendapat kesempatan menjadi tukang masak atau koki untuk Presiden Joko Widodo selama satu hari saat perayaan kemerdekaan 17 Agustus 2017.
Lomba ini merupakan upaya pemerintah untuk meningkatkan konsumsi protein dari ikan dan bagian dari program Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas). Konsumsi ikan saat ini masih jauh dari target 54 kilogram (kg) per kapita pada 2019. "Sekarang baru mencapai 41 kg per kapita, padahal 70 persen wilayah Indonesia adalah air," kata Kepala Staf Kepresidenan Teten Masduki, Senin (3/7).
(Baca: Susi Klaim Stok Ikan Terus Naik Sejak Pemerintahan Jokowi)
Perhelatan lomba diselenggarakan oleh Kementerian Sekretariat Negara (Kemensetneg), Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Kementerian Pariwisata (Kemenpar), dan Kantor Staf Presiden (KSP). Selain itu melibatkan dewan juri dari Femina Grup.
Peserta Lomba Masak Ikan Nusantara cukup mendaftarkan resep ikan dan foto hasil masakannya mulai 3 Juli hingga 2 Agustus 2017 secara online. Selanjutnya dewan juri kemudian akan menghubungi peserta untuk mengikuti audisi. Untuk jalur offline, juri akan roadshow ke 11 daerah di antaranya Biak, Papua; Batam, Gorontalo, untuk mengaudisi dan bertemu langsung para calon koki Istana.
Teten Masduki menyatakan minimnya konsumsi ikan yang menjadi alasan presiden selalu memberikan kuis ikan kepada anak-anak pada setiap kunjungan daerah.
Dari beberapa kunjungan ke daerah, Presiden Jokowi saat didampingi Menteri Kesehatan Nila F. Moeloek menemukan 70 persen ibu hamil di daerah Indonesia Timur menderita anemia serta kekurangan gizi dan protein.
(Baca: Stok Ikan di Dua Wilayah Turun, KKP Perketat Izin Kapal Asing)
Selain ibu hamil menderita anemia, Nila mengatakan saat ini Indonesia menghadapi tingginya angka stunting atau kondisi di mana seorang anak memiliki tinggi dan berat badan di bawah angka normal anak seusianya. Saat ini, angka stunting di Indonesia turun menjadi 27,5 persen namun standar WHO harusnya bisa di bawah angka 20 persen.
“Kami sangat bersyukur Presiden memperhatikan kesehatan masyarakat, khususnya anak-anak, dengan memberikan makanan tambahan pada setiap kunjungan kerja ke daerah,” kata Menteri Nila.
Nila mengatakan nilai protein 1 kg ikan tidak memiliki perbedaan yang banyak dengan 1 kg daging sapi. Di samping itu, menurut dia, konsumsi ikan bisa lebih banyak dibanding konsumsi daging sapi.
Tingkat konsumsi ikan di Indonesia masih kalah jauh dibandingkan negara tetangga seperti Malaysia (70 kilogram per kapita per tahun) dan Singapura (80 kilogram per kapita per tahun), bahkan kalah telak dengan Jepang (mendekati 100 kilogram per kapita per tahun).