Penyebab Ramai Pekerja Cina, BKPM: Buku Manual Mesin Berbahasa Asing

Arief Kamaludin | Katadata
Penulis: Muhammad Firman
Editor: Pingit Aria
30/12/2016, 08.39 WIB

Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Thomas Lembong menepis isu miring terkait banyaknya jumlah tenaga kerja asing asal Cina di Indonesia. Menurutnya, peningkatan jumlah tenaga kerja Cina wajar karena dipicu oleh naiknya investasi dari negeri tirai bambu.

"Peningkatan realisasi investasi yang signifikan tersebut menjadi pemicu meningkatnya penggunaan tenaga kerja asing oleh investor Cina yang ingin merealisasikan investasinya di Indonesia," kata Lembong dalam keterangan tertulis, Kamis (30/12/2016).

Lembong mengungkapkan, realisasi investasi Cina pada periode Januari sampai September lalu mencapai US$ 1,6 miliar. Cina merupakan investor terbesar ketiga setelah Singapura dan Jepang. Dalam dua tahun, peringkat Cina melonjak dari peringkat 8 pada 2014.

(Baca juga: Isu Serbuan 10 Juta Pekerja Cina, Ini Datanya)

Dari data BKPM, jumlah tenaga kerja Cina baru yang diserap dari realisasi investasi periode Januari-September 2016 tercatat 3.718 tenaga kerja atau 0,3 persen dari total penyerapan 975.898 tenaga kerja per lapangan pekerjaan baru.

Dari data Kementerian Tenaga Kerja, jumlah tenaga kerja Cina sampai November 2016 tercatat hanya 21.271 orang. Jumlah tersebut merupakan bagian dari penyerapan tenaga kerja asing secara keseluruhan sebanyak 17.966 orang maupun 957.932 tenaga kerja Indonesia pada periode yang sama. 

Tom mengungkapkan, kebanyakan tenaga kerja Cina didatangkan oleh investor pada awal proyek, saat pemasangan alat-alat dan mesin impor. Kenyataan tersebut berlaku untuk hampir semua proyek investasi, apakah pabrik tekstil, pembangkit listrik atau kilang minyak.

(Baca juga: Jokowi: 10 Juta Bukan Pekerja Cina, Tapi Target Turis Asing)

Sebabnya, cetak biru dan manual instruksi pemasangan mesin dan alat sering kali dalam bahasa asing, seperti Bahasa Mandarin, Bahasa Jerman dan Bahasa Jepang. "Jadi agar penyelesaian proyek bisa cepat, jauh lebih efisien untuk mendatangkan tenaga kerja asing dari negara yang juga tempat asal mesin dan alatnya," kata Lembong.

Tom mengatakan, angka penggunaan tenaga kerja asing selalu fluktuatif. Sebab, biasanya setelah tahun pertama dan tahun kedua proyek, dan pemasangan alat dan mesin sudah tuntas. Para investor juga cenderung segera memulangkan pekerja asing yang didatangkannya karena mahalnya biaya yang harus ditanggung. "Mayoritas TKA itu sendiri juga biasanya inginnya pulang secepat mungkin, setelah tugas proyek-nya di Indonesia sudah selesai," katanya.

(Baca juga:  Heboh Pekerja Cina, Luhut Contohkan Pengalaman Jepang)