Rupiah Melemah, Pertamina Naikkan Harga BBM Non-subsidi

Arief Kamaludin|KATADATA
16/12/2016, 15.19 WIB

Mulai Jumat (16/12) ini, PT Pertamina (Persero) menaikkan harga jual Bahan Bakar Minyak (BBM) nonsubsidi, seperti Pertamax, Pertalite dan Dexlite. Besaran kenaikannya Rp 150 per liter. Kenaikan harga tersebut disebabkan oleh dua faktor, salah satunya adalah melemahnya mata uang rupiah.

Sejak November lalu, nilai tukar rupiah memang terus melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, rupiah sepanjang November lalu melemah 3,9 persen. Level terendah rupiah sebesar 13.500,32 per dollar AS. Sedangkan sejak awal Desember ini, rupiah sudah melemah 0,7 persen.

Faktor lainnya adalah kenaikan harga minyak dunia. Hal itu tercermin dari perkembangan harga indeks pasar gasoline atau bensin periode Desember 2016. Kenaikan harga minyak dunia menyusul keputusan negara-negara pengekspor minyak (OPEC) memangkas jumlah produksi pada akhir November lalu.

Vice President Corporate Communication Pertamina Wianda Pusponegoro mengatakan, setiap dua minggu sekali memang ada evaluasi untuk menentukan harga BBM non-subsidi. Berdasarkan variabel yang ada, harga Pertamax, Pertalite dan Dexlite harus naik Rp 150 per liter. “Berlaku untuk seluruh wilayah,” kata dia berdasarkan keterangan tertulisnya, Jumat (16/12).

(Baca: Imbas Harga Minyak, Pertamina Hitung Kenaikan Harga Solar)

Untuk wilayah DKI Jakarta, harga Pertamax naik dari Rp 7.600 menjadi Rp 7.750 per liter. Pertalite yang semula dijual seharga Rp 6.900 naik menjadi Rp 7.050 perliter. Dexlite yang semula harganya Rp 6.750  menjadi Rp 6.900 per liter.

Adapun, harga Pertamax Plus, Pertamax Turbo, dan Pertamina Dex tidak mengalami perubahan harga. “Kami akan tetap mempertahankan tingkat daya saing produk-produk Pertamina, baik terkait kualitas maupun harga,” ujar dia.

Di sisi lain, Wianda mengatakan, penjualan beberapa produk BBM non-subsidi meningkat hingga November lalu. Pangsa pasar Pertalite kini mencapai 32 persen, Pertamax 19 persen, dan Premium 45 persen. "Market share lainnya diraih oleh Pertamax Turbo, yang terus melejit menggantikan posisi Pertamax Plus," kata dia.

(Baca: Setelah Solar, Pertamina Usul Harga Premium Naik Rp 300)

Berdasarkan catatan Pertamina, penjualan Pertalite melonjak paling tinggi, yakni konsumsi per September lalu mencapai 25 ribu kiloliter (KL) per hari. Adapun, pada semester I 2016 rata-rata konsumsinya masih sekitar 6.500 KL per hari.

Penjualan Pertamax juga meningkat dari 10 ribu KL per hari menjadi 15 ribu KL per hari. Penjualan Pertamax Turbo naik sampai 170 persen pada September lalu, meskipun produk ini baru diluncurkan awal Agustus 2016. (Baca: DPR Minta Perbaikan Distribusi BBM dan LPG)

Sementara, konsumsi Premium terus menurun. Pada semester I 2016 penjualannya sekitar 70 ribu KL per hari dan turun menjadi 55 ribu KL per hari pada Agustus. Sedangkan selama 20 hari pertama September, penjualannya 50 ribu KL per hari.