Imbas Harga Minyak, Pertamina Hitung Kenaikan Harga Solar
PT Pertamina (Persero) memperkirakan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Solar subsidi akan naik pada awal Januari 2017. Salah satu penyebabnya adalah kenaikan harga minyak dunia akibat pengurangan produksi oleh organisasi negara-negara pengekspor minyak mentah (OPEC).
Wakil Direktur Utama Pertamina Ahmad Bambang mengatakan, harga Solar subsidi periode Januari sampai Maret 2017 bakal naik sekitar Rp 500 per liter dari harga periode sebelumnya dengan asumsi kenaikan harga minyak dunia US$ 5 per barel. "Karena harga minyak mentah naik, harga BBM juga naik," kata dia di Jakarta, Selasa (13/12).
(Baca: OPEC Pangkas Produksi, BPS Peringatkan Risiko Kenaikan Harga BBM)
Pekan ini, harga minyak dunia bahkan berhasil mencetak rekor tertinggi dalam 18 bulan terakhir. Pada perdagangan Senin (12/12), harga minyak West Texas Intermediate ditutup menguat US$1,33 ke angka US$52,83 per barel. Sementara harga minyak Brent naik US$1,36 ke angka US$57,89.
Harga minyak dunia ini memang menjadi variabel penting dalam penentuan harga BBM. Mengacu Peraturan Menteri ESDM Nomor 27 tahun 2016, penentu harga dasar BBM adalah harga indeks pasar dan nilai tukar rupiah selama tiga bulan. Untuk Solar, ada subsidi sebesar Rp 500 per liter.
Harga Solar subsidi saat ini sebesar Rp 5.150 per liter. Sedangkan harga Minyak Tanah Rp 2.500 per liter dan Premium Rp 6.450 per liter. (Baca: Harga Bensin Premium Tak Jadi Turun Hingga Akhir Tahun)
Menurut Ahmad Bambang, Pertamina mengalami defisit sebesar Rp 700 per liter dengan menjual harga Rp 5.150 per liter sejak Oktober lalu. Penyebabnya, pemerintah tidak berani menaikkan harga BBM pada periode tersebut meskipun indikator harga minyak naik.
10 Negara dengan Harga BBM Termurah pada Kuartal III 2016
Selain itu, Bambang mengaku, kenaikan harga Solar pada periode Januari sudah masuk dalam pembukuan keuangan tahunan yang berbeda. Alhasil, keuntungan yang diperoleh Pertamina pada penjualan tahun ini tidak bisa menutup selisih harga keekonomian minyak tahun depan.
Sekadar informasi, Pertamina berhasil meraup laba bersih sebesar US$ 2,83 miliar atau sekitar Rp 37,06 triliun hingga akhir kuartal III lalu. Keuntungan bersih ini melonjak 209 persen dibandingkan periode sama tahun lalu yakni US$ 914 juta atau Rp 11,97 triliun. (Baca: Berkat Efisiensi, Pertamina Raup Laba Kuartal III Rp 37 Triliun)
Di tempat yang sama, Direktur Pembinaan Hilir Kementerian ESDM Setyorini Tri Hutami mengatakan, jika melihat tren penentu harga maka harga Solar periode Januari sampai Maret 2017 memang mengalami kenaikan. Namun, besarannya masih dihitung dan belum diputuskan. “Yang memutuskan Pak Menteri ESDM nanti," kata dia.