PT Pertamina (Persero) meningkatkan anggaran investasinya dalam Rencana Kerja dan Anggaran perusahaan (RKAP) 2017. Penyebabnya, kebutuhan investasi Pertamina bertambah serta perkiraan kenaikan harga minyak dunia di atas US$ 50 per barel tahun depan.
Direktur Keuangan Pertamina Arif Budiman mengatakan, Pertamina membutuhkan investasi sekitar US$ 5-6 miliar atau sekitar Rp 80 triliun pada 2017. Sebagian besar kebutuhan dana itu bersumber dari kas internal perusahaan, dan sisanya berasal dari pinjaman. (Baca: Pertamina Berniat Akuisisi Penuh Lapangan MLN di Aljazair)
Anggaran investasi tahun depan itu lebih tinggi jika dibandingkan dengan target realisasi investasi dalam revisi RKAP 2016 yang sebesar US$ 4 miliar atau sekitar Rp 53 triliun. "Kami lagi genjot realisasi investasi di minggu-minggu ini," kata Arif kepada Katadata, Selasa (13/12).
Kebutuhan investasi Pertamina pada 2017 memang akan lebih besar untuk sektor hulu migas, yakni sekitar 70 persen dari total investasi. Apalagi, perusahaan minyak dan gas bumi (migas) nasional ini akan mulai investasi di Blok Mahakam tahun depan. Untuk mengebor 19 sumur di Blok Mahakam, Pertamina menyiapkan dana sekitar US$ 180 juta. (Baca: Pemerintah Restui Pertamina Percepat Investasi ke Blok Mahakam)
Pertamina juga akan mengelola 100 persen Blok Offshore North West Jawa (ONWJ). Blok ini akan habis kontrak pada 18 Januari 2017. Saat ini, Pertamina masih mempelajari skema kontrak yang akan dipakai. Rencananya blok ini akan menggunakan skema gross split.
Selain itu, Pertamina membutuhkan investasi besar untuk mengakuisisi blok-blok migas di luar negeri seperti di Rusia, Iran, dan Aljazair. "Rusia ada beberapa aset yang lagi uji tuntas, semoga selesai di Februari atau Maret 2017, kami akuisisi kalau memang menguntungkan," kata dia.
Di sektor hilir, investasi Pertamina tahun depan akan menyokong pembiayaan revitalisasi dan pembangunan kilang-kilang baru yang kini masih terus dikerjakan Pertamina. Namun, investasi tersebut secara keseluruhan masih menunggu pengesahan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). (Baca: Pertamina Hulu Energi Cari Cadangan Migas Baru)
Sebagai informasi, meskipun tren harga minyak dunia masih lesu pada tahun ini, Pertamina berhasil meningkatkan laba. Hingga akhir kuartal III 2016, Pertamina meraup laba bersih US$ 2,83 miliar atau sekitar Rp 37,06 triliun. Keuntungan bersih itu meningkat 209 persen dibandingkan periode sama tahun lalu sebesar US$ 914 juta atau Rp 11,97 triliun.