Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) segera membuka lelang pembangunan kilang mini. Salah satu poin untuk memenangkan lelang tersebut adalah jumlah Bahan Bakar Minyak yang diproduksi dari kilang tersebut.
Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral I.G.N. Wiratmaja Puja mengatakan akan mengutamakan produksi BBM jenis Premium dan lainnya dibandingkan Solar di kilang mini. Sebab, Premium dan sejenisnya akan lebih dibutuhkan dibandingkan Solar.
Dari data Pertamina, sebenarnya konsumsi Premium menurun dalam tiga bulan, tapi jenis lain di atasnya meningkat. Pada Juli 2016, konsumsi Premium bisa mencapai 64,6 ribu kiloliter, sedangkan September 50,5 ribu kiloliter. (Baca: DPR Minta Pemerintah Evaluasi Proyek Kilang Mini).
Tapi, Pertamax series berhasil meningkat dari 14,4 ribu kiloliter di Juli 2016 menjadi 15,7 ribu kiloliter. Begitu juga Pertalite yang Juli 2016 hanya 15,7 ribu kiloliter melonjak menjadi 25,2 ribu kiloliter pada September 2016. Namun, bisa jadi hal ini terkait dengan jumlah SPBU yang menyediakan Premium juga makin berkurang. Misalnya, SPBU Pertamina di Sektor 9 Bintaro tak lagi menjual Premium dalam beberapa bulan terakhir.
Jadi jika peserta lelang bisa memproduksi BBM jenis Premium dan lainnya dalam jumlah banyak, memiliki peluang lebih besar untuk memenangkan tender. “Dalam dokumen lelang, siapa yang bisa menghasilkan gasoline terbanyak dapat skor banyak,” kata dia saat ditemui di Gedung Kementerian Koordinator Kemaritiman, Jakarta, Senin, 10 Oktober 2016. (Baca: Kementerian ESDM Terbitkan Aturan Kilang Mini).
Pemerintah sebenarnya sudah menyiapkan delapan klaster kilang mini untuk dilelang. Tapi hanya tiga klaster yang akan dilelang untuk tahun ini. Sayangnya, Wiratmaja belum mau menyampaikan ketiga klaster tersebut karena masih menyelesaikan persiapan lelang.
Dari data Kementerian Energi saat ini ada delapan klaster yang sudah ditentukan pemerintah sebagai wilayah pembangunan kilang mini, yakni:
- Sumatera Utara (Rantau dan Pangkalan Susu). Produksi minyak pada 2015 sebesar 3.617 barel per hari (bph). Tahun 2024 diprediksi 1.438 bph.
- Selat Panjang Malaka (EMP Malacca Strait dan Petroselat). Produksi minyak pada 2015 sebesar 4.427 bph. Tahun 2024 diprediksi 3.443 bph.
- Riau (Tonga, Siak, Pendalian, Langgak, West Area, Kisaran). Produksi minyak pada 2015 sebesar 2.391 bph. Tahun 2024 diprediksi 2.051 bph.
- Jambi (Palmerah, Mengoepeh, Lemang, Karang Agung). Produksi minyak tahun 2015 sebesar 1.914 bph. Tahun 2024 diperkirakan 1.280 bph.
- Sumatera Selatan (Merangin II dan Ariodamar). Produksi minyak tahun 2015 sebesar 3.947 bph. Tahun 2024 diperkirakan 2.629 bph.
- Kalimantan Selatan (Tanjung). Produksi minyak tahun 2015 sebesar 3.539 bph. Tahun 2024 diperkirakan 2.523 bph.
- Kalimantan Utara (Bunyu, Sembakung, Mamburungan, Pamusian Juwata). Produksi minyak tahun 2015 sebesar 8.059 bph. Tahun 2024 diprediksi 1.476 bph.
- Maluku (Oseil dan Bula). Produksi minyak tahun 2015 sebesar 3.641 bph. Tahun 2024 diprediksi 214 bph.