Ada juga pasokan dari lapangan Jangkrik di Blok Muara Bakau milik Eni Indonesia. Produksi gas dari lapangan tersebut diperkirakan mencapai 450 mmscfd. Lapangan Jangkrik ditargetkan mulai produksi pada kuartal tiga tahun depan. "Kalau Lapangan Jangkrik menambah run-up bisa empat train," kata dia.

Tapi Salis mengatakan rata-rata produksi Kilang Bontang tahun ini menurun dibandingkan tahun lalu. Hingga akhir tahun kilang ini bisa menghasilkan sekitar 163 kargo gas atau sekitar 10 juta ton per tahun (mtpa). Padahal tahun lalu mencapai 182 kargo.  "Sekarang konstan produksi di 1500-1600 mmscfd," kata dia. 

LNG dari kilang ini sebagian untuk ekspor, salah satunya untuk kebutuhan gas Korea Selatan dan Jepang.  Tapi kontrak untuk Korea Selatan akan berakhir 2020. (Baca: Kilang LNG Terbesar RI Terancam Kehabisan Gas).

Di sisi lain, PT Badak juga tengah menyiapkan proses transisi kepemilikan ke Pertamina tahun depan. Kepemilikan hak pengelolaan Pertamina akan meningkat dari 55 menjadi 100 persen. Saat ini, selain Pertamina, ada Total E&P Indonesie yang memiliki 10 persen, VICO Indonesia 20 persen, dan JILCO 15 persen.

Dalam masa transisi menuju 2017, menurut Salis, Badak NGL akan menjalankan empat prioritas usaha, yaitu tetap memproduksi LNG dengan mempertahankan kualitas, meningkatkan efisiensi biaya, memprioritaskan standar keselamatan atau health, safety, security and the environment (HSSE), dan pengembangan sumber daya manusia.

Halaman: