Sementara produksi siap jual atau lifting gas, sampai 14 Mei 2016 adalah 6.684 mmscfd. Menurut Ngatijan, angka ini masih lebih tinggi dari target yang ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja negara (APBN) 2016 yang sebesar 6.470 mmscfd, atau target RKAP sebesar 6.256 mmscfd. (Baca: Kinerja Kontraktor Membaik, Lifting Minyak Telah Lewati Target)

Berbeda dengan lifting gas yang berhasil mencapai target, lifting minyak Indonesia masih di bawah target. Dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2016, lifting minyak ditetapkan 830.000 bph, sedangkan dalam RKAP ditentukan 827.800 bph. 

Kepala Bagian Humas SKK Migas Taslim Yunus mengatakan lifting minyak dan gas bumi memang selalu berfluktuasi. Tapi, rendahnya lifting minyak dibandingkan target terjadi karena ada beberapa penghentian kegiatan produksi untuk perawatan sumur.  

Tapi, Taslim sangat yakin target lfiting minyak yang sudah ditentukan dalam RKAP tahun ini dapat tercapai. “Meski akan banyak penghentian kegiatan untuk perawatan, kami berharap sampai akhir tahun target itu bisa 827.000 barel,” kata dia di Gedung SKK Migas, Kamis (19/5). (Baca: SKK Migas Pesimistis Pengeboran 151 Sumur Eksplorasi Tercapai)

Menurut Taslim, untuk mencapai target tersebut masih sangat bergantung pada produksi Blok Cepu di Jawa Timur. Blok migas yang dikelola ExxonMobil ini menjadi andalan, karena banyak blok migas lain yang produksinya menurun. Sementara produksi Blok Cepu terus meningkat hingga melebihi target saat ini.

Halaman: