KATADATA - Anjloknya harga minyak dunia belakangan ini, tidak menyurutkan langkah PT Saka Energi melakukan ekspansi usaha. Anak usaha PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) ini tengah mengincar beberapa blok minyak dan gas bumi (migas) untuk diakuisisi.
Direktur Operasi Saka Energi Tumbur Parlindungan mengatakan, pihaknya tidak hanya menincar blok migas di dalam negeri, melainkan juga membidik perusahaan-perusahaan migas di luar negeri. Pertimbangannya, harga minyak yang tengah anjlok saat ini tentu juga memukul harga saham perusahaan migas. “Lebih murah beli blok yang terbukti reserve (cadangan) daripada mencari reserve,” katanya di Jakata, Rabu (29/3).
Di dalam negeri, Saka Energi sedang mengakses ruang data Blok B South Natuna milik ConocoPhillips. Hal ini dalam rangka mengkaji kemungkinan mendapatkan 40 persen hak pengelolaan blok tersebut. Selain itu, Saka tengah mengkaji untuk mengambil alih Blok Bentu di Riau. Blok ini dikelola 100 persen oleh PT Energi Mega Persada, dengan cadangan gas terbukti sebesar 24,8 mmboe, cadangan gas mungkin 58,7 mmboe, dan cadangan harapan 103,9 mmboe.
(Baca: Ditawari Minyak Iran, Saka Energi Lebih Tertarik di Dalam Negeri)
Selain mengambil alih hak pengelolaan kontraktor lain, Saka berusaha menambah kepemilikan di Blok Southeast Sumatera. Sayangnya, Tumbur enggan menyebut besaran penambahan tersebut. Saat ini, Saka memiiliki hak pengelolaan di blok itu sebesar 8,9 persen.
Bukan hanya dalam negeri, Saka juga mengincar blok gas di luar negeri. ”Kami lihat dulu kayaknya di Amerika Serikat,” kata Tumbur. Namun, dia enggan menyebut nama blok incarannya. Sekarang, Saka punya kepemilikan saham di Fasken Area, sebanyak 36 persen. Blok yang dikelola oleh Swift Energi ini sudah menghasilkan gas serpih (shale gas).
(Baca: Bersiap Kembangkan Blok South Sesulu, PGN Bor Dua Sumur Lagi)
Di sisi lain, Saka tidak tertarik mengelola blok migas di Iran meski sudah disodorkan penawaran kerjasama. Pertimbangannya adalah stabilitas ekonomi dan politik. Apalagi perusahaan migas nasional seperti PT MedcoEnergi Internasional Tbk dan Pertamina juga gagal mengelola blok di negeri para mullah tersebut.
Mengenai pendanaan untuk akusisi beberapa blok tersebut, Tumbur menyerahkan kepada induk usahanya. Yang jelas, Saka memiliki dana segar sekitar US$ 600 juta tahun ini. “Itu buat pengeboran, tapi juga bisa akuisisi,” ujar dia.
Di sisi lain, Saka juga membutuhkan mitra untuk mengelola Blok South Sesulu di Kalimantan Timur. Saka melepas 40 persen hak pengelolaan blok tersebut. Saat ini sudah ada beberapa investor yang menawarkan minatnya. Antara lain, investor dari Amerika, Jepang, dan Arab Saudi. Paling cepat hasil tersebut diumumkan akhir tahun depan. (Baca: Saka Energi Lepas 40 Persen Saham Blok South Sesulu)
Saka berharap akusisi beberapa blok tersebut dapat mendongkrak produksinya. Tahun ini, produksi Saka ditargetkan 35 ribu barel setara minyak per hari (boepd). Angka ini lebih tinggi dari tahun lalu yang hanya mencapai 30 ribu boepd.