KATADATA - Produksi gas Blok B South Natuna menjadi aspek penting dalam pertimbangan PT Pertamina mengambil kilang elpiji di Lapangan Belanak. Jika produksi di blok tersebut terus menurun, Pertamina kemungkinan akan membatalkan niatnya mengelola kilang tersebut.
Direktur Pemasaran Pertamina Ahmad Bambang mengatakan Pertamina sudah membentuk tim untuk mengkaji pembelian kilang yang dikelola ConocoPhillips itu. Kajian ini untuk memastikan apakah kilang tersebut masih ekonomis untuk memproduksi elpiji. Dalam mengkaji keekonomiannya, Pertamina memiliki dua kriteria yakni biaya produksi kilang dan pasokan gas, terutama produksi dari Blok B South Natuna. “Kalau produksinya habis, untuk apa kami pakai,” kata Ahmad usai acara diskusi mengenai Bahan Bakar Minyak, di Jakarta, Selasa, 29 Maret 2016. (Baca: Akhir Tahun, ConocoPhillips Setop Produksi Elpiji).
Sebelumnya, Pertamina tertarik mengelola kilang Belanak untuk memenuhi kebutuhan elpiji dalam negeri yang diprediksi terus meningkat. Jika kilang tersebut dikelola Pertamina maka bisa menambah pasokan sekitar 200 metric ton elpiji. Namun apabila kilang tersebut berhenti operasi, terpaksa Pertamina akan memperbesar impor.
Saat ini Pertamina mengimpor hampir 60 persen kebutuhan elpiji dalam negeri. Konsumsi tahun ini diperkirakan naik menjadi 7,8 juta ton. Rinciannya, 6,6 juta ton elpiji bersubsidi dan 1,2 juta ton nonsubsidi. Sementara konsumsi tahun lalu hanya 7 juta ton dengan elpiji subsidi sebesar 5,56 juta ton. Jawa Barat menjadi salah satu provinsi terbesar yang menyerap elpiji subsidi sekitar 1,16 juta ton tahun lalu. (Baca: ConocoPhillips Setop Produksi, Pertamina Tambah Impor Elpiji)
Sementara itu, ConocoPhillips belum bisa berkomentar mengenai produksi dari Blok B South Natuna. Berdasarkan informasi di situs resmi perusahaan migas asal Amerika tersebut, produksi bersih Blok B tahun 2014 sebanyak 5.000 barel minyak mentah per hari (BPD), 117 juta kaki kubik per hari (MMSCFD) gas, dan 4.000 barel per hari gas alam cair (LNG). Adapun Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menyebutkan target lifting Blok B tahun ini mencapai 244 juta kaki kubik (mmscfd).
ConocoPhillips memang berencana berhenti memproduksi elpiji dan menutup kilang elpiji yang berada di Lapangan Belanak, Blok B South Natuna, pada akhir tahun ini. Alasannya memproduksi elpiji sudah tidak lagi ekonomis. Setelah tidak lagi memproduksi elpiji, ConocoPhillips hanya menjual gas alam dari Blok B South Natuna untuk diekspor ke Malaysia dan Singapura.
SKK Migas menyetujui permohonan tersebut. Untuk itu ConocoPhilips saat ini masih melelang untuk membongkar fasilitas pengolahan yang berada di kapal atau Floating Production Storage and Offloading (FPSO). Penawaran lelang ini dibuka sejak pertengahan November 2015. Lingkup pekerjaan dari proses tender tersebut meliputi kegiatan melepaskan, memobilisasi, dan menonaktifkan fasilitas pengolahan kilang elpiji lapangan Belanak. (Baca: SKK Migas Setuju, ConocoPhillips Lelang Pembongkaran Kilang Belanak)
Setelah pemenang lelang ditentukan maka proses pembongkaran bisa dilakukan, dan kapal untuk fasilitas kilang elpiji tersebut akan dikembalikan, mengingat ConocoPhillips menyewa kapal tersebut.