Pertamina Targetkan Hemat Rp 1,3 Triliun dari Pengadaan Minyak

Arief Kamaludin|KATADATA
Penulis: Arnold Sirait
11/3/2016, 19.37 WIB

KATADATA -  Di tengah kondisi rendahnya harga minyak dan gas bumi (migas) saat ini, PT Pertamina (Persero) gencar menjalankan program efisiensi untuk menekan pengeluaran. Tahun ini, Pertamina menargetkan efisiensi dari proses pengadaan minyak mentah dan produk olahan minyak melalui Integrated Supply Chain (ISC) senilai US$ 100 juta atau setara dengan Rp 1,3 triliun.

Vice President Crude Product Trading and Comercial Integrated Supply Chain (ISC) Pertamina Hasto Wibowo mengatakan, jumlah efisiensi tersebut jauh lebih rendah dari realisasi tahun lalu yang sebesar US$ 208 juta atau setara Rp 2,7 triliun. Padahal, semula Pertamina menargetkan efisiensi dari pengadaan minyak mentah tersebut pada 2015 sebesar US$ 91,7 juta.

Karena itulah, Hasto optimistis target nilai penghematan dari proses pengadaan minyak mentah dan produk olahan minyak tahun ini dapat tercapai. Ada beberapa langkah yang dapat dilakukan agar target tersebut tercapai. Pertama, Pertamina bakal memaksimalkan pembelian minyak mentah di dalam negeri, seperti Blok Walio di Papua. “Kebetulan kontraknya bisa menjual langsung ke Pertamina," katanya di Gedung Pertamina, Jakarta, Jumat (11/3).

(Baca: Dugaan Mafia Migas, Empat Manajer Petral Dinonaktifkan)

Ia berharap, kondisi tersebut dapat diikuti oleh kontraktor lain. Pasalnya, saat ini kontraktor migas yang lain masih menghadapi kendala sehingga tidak dapat menjual langsung minyaknya kepada Pertamina. Kendala itu adalah adanya pajak yang dibebankan oleh pemerintah. Penyebabnya, masih ada beberapa perusahaan migas dalam negeri yang menggunakan pihak ketiga dalam menjual minyak hasil produksinya.

Kedua, upaya efisiensinya adalah membeli minyak atau produk olahan seperti Bahan Bakar Minyak (BBM) dan elpiji dari sumbernya langsung. Tujuannya untuk mendapatkan harga pembelian terbaik. Untuk itu, Pertamina sedang menjajaki kerjasama dengan berbagai negara yang memiliki cadangan migas, seperti Iran, Azerbaijan atau Rusia.

Langkah ketiga adalah memilih jenis minyak mentah yang dapat menghasilkan produk ekonomis. Pasalnya, setiap minyak mentah memiliki karakteristik yang berbeda satu dengan yang lain. Misalnya, minyak mentah jenis A harganya US$ 35 per barel dan minyak mentah jenis B harganya US$ 36 per barel. Setelah diolah di Kilang Balongan, belum tentu minyak mentah jenis A lebih murah dari jenis B. “Karena bisa saja crude B memghasilkan produk yang lebih banyak, misalnya bisa menghasilkan solar," ujar Hasto.

Agar lebih transparan dalam pengadaan minyak, Pertamina juga menggelar proses lelang. Saat ini, peserta lelang di Pertamina berjumlah sekitar 60 sampai 80 perusahaan dengan jenis usahanya masing-masing. Ketika lelang, Pertamina akan menyeleksi ketat kelengkapan dokumen dan kesanggupan pendanaan dari para peserta lelang.

(Baca: Pengadaan Minyak Pertamina Akan Dilakukan Secara Elektronik)

Di tempat yang sama, Vice President Corporate Communication Pertamina Wianda Pusponegoro menegaskan, target efisensi tahun ini yang lebih rendah dari realisasi tahun lalu bukan lantaran upaya Pertamina tidak optimal. "Efisiensi memang terus menurun dari tahun ke tahun. Karena semakin maju tahunnya semakin turun, lain dengan penjualan. Karena kalau efisiensi terus akan habis," ujarnya.

Tahun lalu, ISC sudah berupaya melakukan efisiensi seperti memotong perantara dari rantai suplai, peningkatan pemanfaatan dan fleksibilitas dari armada laut Pertamina, dan pemberian kesempatan yang sama dan adil untuk semua peserta lelang. Selain itu, penerapan proses evaluasi penawaran yang transparan dan mengurangi biaya dengan menerapkan pembayaran telegraphic transfer (TT). 

ISC juga telah mengurangi porsi pembelian minyak di pasar spot, terutama untuk produk Premium yang seluruhnya melalui kontrak. Sedangkan Solar dan Elpiji masing-masing 96 persen kontrak. Adapun porsi kontrak pengadaan Avtur sebesar 86 persen. Untuk minyak mentah, volume pengadaan melalui kontrak juga meningkat menjadi 70 persen dari sebelumnya 60 persen.

(Baca: Rizal Ramli: ISC dan Petral Orangnya Masih Sama)

Nilai minyak mentah dan produk minyak yang dikelola oleh ISC sepanjang tahun lalu mencapai US$ 27,41 miliar. Dari jumlah itu, sekitar US$ 14,85 miliar merupakan minyak mentah dan US$ 12,56 miliar berupa produk. Sementara tahun ini, permintaan Bahan Bakar Minyak (BBM) diperkirakan mencapai 164,6 juta barel, solar sebesar 171,1 juta barel dan elpiji mencapai 7,45 juta metrik ton. 

Reporter: Miftah Ardhian