KATADATA - Memasuki awal 2016, Indonesia menghadapi pasar bebas Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Untuk bersaing dengan negara lain dibutuhkan strategi khusus. Salah satunya, kata Menteri Badan Usaha Milik Negara Rini Soemarno, yaitu dengan mensinergikan perusahaan negara.
Menurut Rini, peran BUMN sangat penting dalam menopang ekonomi. Oleh karena itu, hanya dengan sinergi perusahaan-perusahaan pelat merah maka Indonesia bisa bersaing di kancah MEA secara profesional dan transparan. “Kita sinergi kita kuat, tidak sinergi kita lemah,” kata Rini saat ditemui di acara diskusi bertajuk ‘Sinergi BUMN Menjawab Tantangan dan Peluang MEA’, di Hotel Borobudur, Jakarta, Senin, 1 Februari 2016.
Tujuan sinergi, dia melanjutkan, setidaknya ada dua. Pertama, agar setiap BUMN memiliki pemikiran yang sejalan terkait visi dan misi serta akar dari perusahaan itu. Kedua, Rini ingin meningkatkan manajemen setiap perusahaan untuk mendukung perekonomian dan kesejahteraan rakyat. (Baca: Hadapi Pasar Bebas, Pemerintah Genjot Keterampilan Pekerja).
Dalam menghadapi MEA, Rini meminta dukungan masyarakat untuk mengembangkan badan usaha negara ini. Dia menyayangkan anggapan bahwa BUMN hanya menghabiskan uang negara dan memanfaatkan uang rakyat melalui skema Penyertaan Modal Negara yang diambil dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara. Padahal, kata Rini, BUMN memiliki aset sangat besar hingga Rp 5.395 triliun. BUMN juga berperan sebagai pembayar pajak, penyumbang Penerimaan Negara Bukan Pajak, dan pembayar dividen.
Untuk menepis anggapan miring tersebut, Rini mencanangkan sejumlah perusahaan tidak lagi meminta PMN. “Tahun ini saya rasa hanya untuk KUR dan satu lagi untuk PLN,” ujar Rini. Sebagai gantinya, pelaksaan program memakai skema pembiayaan. Dana tersebut didapat dari neraca BUMN atau mendorong penjualan saham anak perusahaan.
Ditemui di tempat yang sama, Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics Reform (Core) Hendri Saparini mengatakan sinergi BUMN dapat menjadi penggerak ekonomi Indonesia untuk menghadapi persaingan yang semakin ketat. “Kita dorong BUMN membesar. Kita harapkan profit-nya,” ujar dia.
Menurut Hendri, banyak negara juga menggunakan BUMN-nya untuk meningkatkan daya saing. Karena itu sinergi ini menjadi sangat penting bagi Indonesia dalam menghadapi MEA. (Baca juga: Mempekerjakan Pembantu Asing, Majikan Disanksi Rp 400 Juta).
Hal senada dikatakan Jos Luhukay. Ketua Subkomite Corporate Governance KNKG ini berpendapat perusahaan negara merupakan penggerak utama pertumbuhan ekonomi. Ia menyarankan Indonesia mengikuti jejak Malaysia dan Singapura yang mendirikan induk perusahaan BUMN. “Contohnya Temasek di Singapura dan Khazanah di Malaysia,” ujar Jos.