Banjir Pasokan, Harga Minyak Bisa Terus Turun Hingga Akhir Tahun

KATADATA
Pengeboran minyak lepas pantai.
Penulis: Safrezi Fitra
22/1/2016, 19.16 WIB

Arab Saudi secara tegas menyatakan tidak akan memangkas produksinya. Negara yang merupakan produsen minyak terbesar kedua di dunia ini tidak ingin posisinya digantikan oleh negara lain. "Kami tidak akan memangkas produksi kami yang hanya akan membuat peluang bagi yang lain," kata pimpinan perusahaan Saudi Aramco Khalid Al-Falih dalam World Economic Forum di Davos, Swiss, seperti dikutip CNN.com hari ini (22/1). (Baca: Chevron PHK Ribuan Karyawan di Indonesia)

Selain meningkatkan produksi, Arab juga memberikan diskon harga minyak untuk konsumen di Eropa. Diskon yang diberikan sebesar US$ 0,2-0,6 per barel untuk pengiriman bulan depan. Iran pun melakukan hal yang sama. Dikutip Wallstreet Journal (19/1), perusahaan minyak Iran memberikan diskon US$ 0,15- 0,55 per barel kepada konsumen Eropa untuk pengiriman Februari 2016.

Menurut Benny Lubiantara Mantan analis OPEC yang juga Dewan Pakar Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia, tren penurunan harga minyak saat ini akan berlangsung lama. Fenomena anjloknya harga minyak saat ini hampir sama dengan yang terjadi pada pertengahan 1980-an, akibat melimpahnya pasokan. Banyak produsen minyak baru di Inggris, Amerika Serikat di Teluk Meksiko, Rusia, Meksiko, dan Kanada. Dunia kelebihan pasokan minyak saat itu, dan penurunan harga berlangsung lama.

“Situasi sekarang mirip dengan pertengahan tahun 1980-an di mana muncul produsen baru (shale-oil) dan pada saat yang sama OPEC, dalam hal ini Arab Saudi, memilih tidak menurunkan produksi karena khawatir kehilangan pangsa pasar,” ujar Benny. (Baca: Harga Minyak Rendah Menguntungkan Negara Net-importir?)

2016, Harga Minyak Makin Jatuh (Katadata)
Halaman:
Reporter: Anggita Rezki Amelia, Miftah Ardhian