KATADATA - Chevron Indonesia Company masih harus bersabar menunggu hasil kajian pemerintah atas revisi proposal proyek laut dalam (IDD) Makassar Strait di Selat Makassar. Saat ini Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) masih mengevaluasi proposal tersebut. Padahal, perusahaan minyak dan gas bumi (migas) asal Amerika Serikat ini semula berharap hasil kajian tersebut rampung dalam dua pekan setelah proposal itu diajukannya awal Januari lalu. .
Deputi Pengendalian Perencanaan SKK Migas Gunawan Sutadiwiria mengaku sudah memanggil manajemen Chevron pada pekan lalu. Pemanggilan ini untuk membahas dan mengklarifikasi data-data yang ada dalam proposal rencana pengembangan atau plan of development (PoD) IDD. Tapi, Gunawan tidak menjelaskan secara detail materi yang dibahas dengan Chevron.
(Baca : SKK Migas: Proposal IDD Chevron Kelar Dalam Dua Pekan)
“Masih dalam klarifikasi dan evaluasi data dan masih berjalan diskusinya. Diperkirakan Februari akan rampung,” kata dia kepada Katadata, Rabu (20/1). Gunawan pun berharap pembahasan dengan Chevron ini dapat menemukan skema terbaik agar proyek IDD dapat berjalan baik. Pasalnya, IDD merupakan salah satu dari empat proyek migas terbesar di Indonesia saat ini. Tiga proyek lainnya adalah Blok Masela di Maluku, Tangguh Train 3 di Papua dan proyek Lapangan Jangkrik di Kalimantan Timur. Total nilai investasi keempat megaporyek itu ditaksir mencapai US$ 43 miliar atau sekitar Rp 602 triliun.
IDD memang menjadi salah satu proyek andalan Chevron. Bahkan, demi fokus menggarap proyek tersebut, Chevron berencana melepas 25 persen saham Blok B Laut Natuna Selatan. Tak hanya itu, Chevron juga tidak memperpanjang kontrak Blok East Kalimantan saat masa kontraknya berakhir 2018.
(Baca : Tak Diperpanjang Chevron, Pertamina Siap Ambil Blok East Kalimantan)
Sekadar informasi, Chevron mengajukan revisi proposal PoD proyek IDD pada 31 Desember 2015. Dalam revisi PoD tersebut, ada beberapa perubahan seperti jadwal beroperasi (onstream) beberapa proyek. Untuk proyek Lapangan Gendalo dijadwalkan baru beroperasi pada 2022 dan Lapangan Gehem pada 2023. Kedua proyek ini semula dijadwalkan beroperasi pada 2020.
Nilai investasi yang diajukan Chevron juga berubah, yakni lebih rendah dari yang diajukan sebelumnya. Dalam proposal yang baru, Chevron mengajukan biaya investasi yang akan dikeluarkan untuk proyek IDD di Selat Makassar sebesar US$ 10 miliar atau sekitar Rp 140 triliun. Sedangkan pada PoD pertama yang disetujui tahun 2008, Chevron mengajukan nilai investasi sebesar US$ 6,9 miliar. Penambahan nilai investasi itu setelah melalui tahap Front-End Engineering Design (FEED) pada 2013 lantaran tren harga minyak yang saat itu naik mencapai US$ 100 per barel.
(Baca : Tahun Ini 13 Proyek Migas Mulai Beroperasi)
Dalam proposal tersebut, Chevron juga menginginkan perpanjangan kontrak untuk wilayah kerja Makassar Strait. Kontrak wilayah kerja ini seharusnya berakhir pada 2020. Namun, Chevron menginginkan masa kontraknya dip[erpanjang dan sama dengan proyek IDD lain seperti Ganal, Rapak, dan Muara Bakau yang habis tahun 2028. Gunawan mengakui, hal tersebut masuk dalam pembahasan dengan Chevron. “Masih diskusi."
Adapun jumlah produksi gas dari proyek IDD itu sebesar 1.270 juta kaki kubik (mmscfd). Produksi tersebut bakal disumbang dari Lapangan Bangka sebesar 150 mmscfd, Gehem Hub sebesar 420 mmscfd, dan Gendalo Hub sebesar 700 mmscfd. Selain gas, ada juga kondensat dari Gehem sebanyak 25.000 barel per hari (bph) dan Gendalo 25.000 bph.