Gubernur BI Peringatkan Dampak Kejatuhan Harga Minyak

Agus Martowardojo ----------------------- Arief Kamaludin|KATADATA
Agus Martowardojo ----------------------- Arief Kamaludin|KATADATA
Penulis: Muchamad Nafi
4/1/2016, 19.53 WIB

Secara umum, dia melanjutkan, harga minyak berpengaruh buruk bagi negara net-eksportir minyak. Sebaliknya, harga minyak rendah baik bagi negara net-importir, termasuk Indonesia. Namun Benny menekankan kesimpulan tersebut harus disikapi dengan hati-hati. (Baca: Harga Minyak Rendah Menguntungkan Negara Net-importir?).

Dalam jangka pendek, harga minyak rendah bisa saja baik bagi negara net-importir, namun dalam jangka panjang dapat berbalik mengancam. Harga yang rendah akan membuat kegiatan eksplorasi dan produksi berkurang sehingga produksi nasional cenderung turun dan tambahan cadangan minyak tidak ada. Pada saat yang sama, harga minyak rendah mendorong konsumsi membengkak dengan permintaan terus meningkat.

Karena itu, dalam jangka panjang kesenjangan antara pasokan/produksi dan permintaan/konsumsi semakin melebar. Ketika harga minyak meningkat, ketahanan energi nasional menjadi sangat rentan. “Mari kita berpikir jangka panjang, bagaimana agar investor tetap antusias melakukan kegiatan eksplorasi dan produksi, pada saat yang sama mengurangi kosumsi minyak yang boros dan tidak efisien,” kata Benny.

Menurut dia, gonjang-ganjing harga minyak bukanlah hal baru. Hanya, kini banyak ulasan yang cenderung pesimistis akan pergerakan harga komoditas itu. Turunnya harga minyak, kata Benny, pada dasarnya ada dua penyebab, yaitu kelebihan pasokan atau menurunnya permintaan. Ketika terjadi krisis keuangan Asia tahun 1997-an, harga minyak turun. Tahun 2001 harga turun karena melemahnya pertumbuhan ekonomi. Tujuh tahun kemudian harga juga luruh akibat krisis finansial global.

Dari tiga kejadian tersebut, harga minyak turun dan pulih dalam waktu singkat. Situasi berbeda terjadi pada pertengahah 1980-an. Ketika itu harga minyak turun drastis disebabkan oleh kelebihan pasokan minyak global karena ada produsen minyak baru. Namun kejatuhan harga minyak ini kemudian berlangsung lama. “Pengalaman historis menunjukkan harga minyak yang turun akibat kondisi ekonomi akan berlangsung relatif singkat. Sebaliknya, ketika isunya kelebihan pasokan maka akan berlangsung lebih lama. Situasi sekarang mirip dengan pertengahan tahun 1980-an,” kata Benny.

Halaman:
Reporter: Ameidyo Daud Nasution