KATADATA - Terkuaknya transkrip rekaman dalam kisruh perpanjangan kontrak PT Freeport Indonesia memicu pro-kontra dari banyak kalangan. Misalnya, politikus PDI Perjuangan Effendi Simbolon menuding keriuhan yang berbuntut pada munculnya Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Setya Novanto sebagai pencatut nama Presiden Joko Widodo sekadar imbas pertarungan para pemain di industri minyak dan gas.
Ketika melaporkan ke Majelis Kehormatan DPR, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Sudirman menceritakan anggota DPR yang dia laporkan, Setya, bersama seorang pengusaha, Reza Chalid, beberapa kali bertemu dengan Presiden Direktur PT Freeport Indonesia Maroef Sjamsuddin. Pada pertemuan ketiga, Setya menjanjikan penyelesaian tentang kelanjutan kontrak Freeport di Indonesia. (Baca: Tiga Orang di Balik Rekaman Skenario Kontrak Freeport).
Agar perpanjangan kontrak Freeport berjalan mulus, Setya diduga meminta sejumlah imbalan. Dalam permintaan ini dia mengatasnamakan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla. Selain itu, ada pula permintaan jatah saham pada proyek pembangkit listrik tenaga air Uru Muka di Kabupaten Mimika, Papua, yang berkapasitas satu gigawatt.
Dalam acara Indonesi Lawyer Club, yang disiarkan secara langsung pada Selasa malam lalu, Effendi menyayangkan langkah Sudirman Said mengadukan Setya Novanto ke Mahkamah Kehormatan. Sebagai pejabat negara, Sudirman dianggap tak semestinya mengadu ke Mahkamah, tapi lebih tepat ke penegak hukum bila menganggap ada yang tidak beres. (Baca pula: Pertamina Anggap Efek Surat Setya Novanto Rawan Dijerat KPK).
Terkait mafia minyak dan gas yang sedang ramai dibicarakan, Effendi menuding geger rekaman tadi hanya buntut perpecahan kongsi antara Muhamad Reza dan kelompok Ari Soemarno-Rini Soemarno-Sudirman. Ari adalah mantan Direktur Utama Pertamina Energy Trading Limited (Petral) dan Direktur Utama Pertamina. Dia juga kaka Rini Soemarno, Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara.
“Ini adalah masalah konflik internal antara Ari Soemarno-Rini Soemarno-Sudirman dengan kelompok Muhamad Reza,” kata Effendi. Karena itu, dia meminta audit forensik atas Petral yang dilakukan oleh KordaMentha tidak terbatas pada 2012-2014, tapi ditarik jauh ke belakang hingga zaman Ari Soemarno. “Kalau memang berani lakukan audit Petral dari sejak 2004,” ujar lelaki yang dikenal dekat dengan Artha Meris Simbolon, Presiden Direktur PT Parna Raya Group, perusahaan yang pernah ditunjuk sebagai trader dan importir migas ini.
Atas tudingan Effendi tersebut, Ari menampiknya. Dia mempersilakan para pengeritiknya untuk membuktikan tuduhan tersebut. “Ada dugaan saya dengan Reza, dikaitkan dengan Sudirman Said dan adik saya. Silakan saja. Saya tidak takut sama sekali,” kata Arie kepada Katadata di kantornya di kawasan Mega Kuningan, Jakarta, Kamis, 19 November 2015.
Menurutnya, masalah mafia migas sebenarnya sudah dibahas sebelum kabinet Presiden Joko Widodo terbentuk pada tahun lalu. Ketika itu, tim transisi merekomendasikan agar Pertamina diaudit oleh Badan Pemeriksa Keuangan dan Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan terkait dengan dugan mafia di tubuh Petral. (Baca juga: Hasil Audit Petral Tidak Ada Korupsi, Ini Reaksi Sudirman Said).
Kelompok kerja energi tim ini juga menyarankan, bila hasil audit menunjukkan ada masalah, Petral bisa dibubarkan. Apalagi mengingat sejarah anak usaha Pertamina ini buruk. Kesimpulan lainnya, tim mendefinisikan mafia migas sebagai para pemburu rente yang tidak memiliki modal dan mengambil risiko, tetapi mampu mempengaruhi pengambil keputusan untuk menguntungkan dirinya.
Berikut beberapa jawaban Ari Soemarno atas isu yang sedang merebak saat ini.
Anda dituduh Effendi bagian dari kisruh yang mencuat terkait rekaman di Pacific Place?
Saya tidak tahu ada dendam pribadi apa dengan saya. Dia selalu begitu ke saya. “Wah, ini gengnya Ari Soemarno, Rini Soemarno, dan Sudriman Said. Ini kan perang antargeng.” Aku bingung juga. Dibuka saja, kalau memang ragu-ragu ya diinisiasi saja biar tidak ragu-ragu.
Seperti apa keberadaan Muhamad Reza di Petral?
Reza itu dulunya seorang trader adalah betul. Dia punya tiga perusahaan yaitu Gold Manor, Supreme, dan Global Energy. Mereka itu approve oil trader. Selama saya di Petral, mereka salah satu supplier. Mereka memberikan sedikit kemudahan pada perusahaan multi nasional.
Bagaimana Anda menilai Reza ketika itu?
Di sektor itu, network dia bagus sehingga dia sering bisa kasih harga bagus. Cuman, waktu itu yang punya kontrol adalah kita. Selama dia bisa kompetitif dengan yang lain, ya silakan. Bahwa sekarang dia punya fungsi lain yang saat ini disebutkan, saya tidak tahu.
Banyak yang menilai semestinya audit Petral dilakukan jauh sebelum 2012, hingga saat kepemimpinan Anda.
Mau diaudit dari kapan, silakan. Tapi kalau audit ini, dapat rekomenasi dari Tim Reformasi Tata Kelola Migas juga. Namun saya tidak tahu bahwa mereka menganjurkan 2012-2014. Kalau mau dilakukan sejak sebelumnya silakan.
Audit ini berangkat dari asumsi bahwa pada saat itu petral mendapatkan kewenangan penuh?
Mungkin. Saya tidak pernah mempermasalahkan itu. Saya sangat terbuka jika mau dilakukan audit sebelumnya. Barusan saya terima sms, kalau dulu pengadaan di ISC (Integrated Suply Chain) begini-begini. Buka saja seluruh suratnya, isinya apa dan prosesnya bagaimana.
Jadi, tudingan bahwa kisruh saat ini hanyalah perang antargeng?
Tidak benar. Saya tidak punya kepentingan apa-apa, begitu juga Sudirman Said dan Rini Soemarno. Kita tidak ada kepentingan finansial dan tidak mau menjadi pemburu rente. Boleh percaya atau tidak. Apakah saya selama ini terlibat secara langsung atau tidak langsung dalam perdagangan minyak? Sedikit pun tidak ada.
Secara personal, apakah Anda kenal dengan Reza Chalid?
Saya kenal dengan dia waktu di Singapur. Sudah hampir tiga tahun lebih tidak berhubugan dengannya. Karena, dia bidangnya sudah lain, saya juga. Saya sudah mau meninggalkan ranah-ranah itu. Bahwa Reza kenal saya secara personal, ya dulu. Tapi ya udah. Pada waktu saya, dia tidak pernah bisa mengontrol karena kita tetap menjaga competitevness dan good governance. Jadi, tidak mungkin dia kontrol Pak Sudirman Said.