KATADATA - Setelah mencapai level terendah tahun ini pada Agustus 2015, harga rata-rata minyak mentah Indonesia atau Indonesia Crude Price (ICP) mulai mengalami kenaikan bulan lalu. Perhitungan Tim Harga Minyak Indonesia mencatat ada kenaikan ICP September sebesar US$ 0,31 per barel menjadi US$ 43,13 per barel.
Sepanjang empat bulan sebelumnya, harga minyak mentah Indonesia terus merosot dari US$ 62,9 per barel pada Mei, hingga ke level US$ 42,8 per barel pada Agustus. Baru pada bulan lalu harganya mulai sedikit naik. Tim Harga Minyak Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral mengatakan ada beberapa faktor yang mendorong adanya pembalikan harga ini.
Beberapa faktor tersebut dipengaruhi oleh kondisi yang ada di pasar global. Permintaan minyak dunia yang naik dan berkurangnya pasokan. IEA (International Energy Agency) dan OPEC pada publikasi September 2015 merevisi proyeksi permintaan minyak mentah pada kuartal III-2015. IEA memprediksi ada kenaikan permintaan sebesar 0,45 juta barel per hari. Sedangkan prediksi OPEC permintaan Minyak mentah dunia bisa naik 0,04 juta barel per hari pada kuartal III.
Berbanding terbalik dengan permintaannya, pasokan minyak dunia justru mengalami penurunan. OPEC memproyeksikan produksi minyak mentah rata-rata negara non-OPEC pada kuartal III turun sebesar 0,02 juta barel per hari. Produksinya kembali akan turun pada kuartal IV sebesar 0,1 juta barel per hari.
Menurut laporan mingguan EIA, tingkat stok minyak mentah sektor komersial Amerika Serikat bulan lalu juga mengalami penurunan. Akhir September lalu, stoknya lebih rendah 1,4 juta barel dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Laporan mingguan perusahaan migas Baker Hughes, penggunaan Rig untuk produksi minyak di Amerika Serikat juga turun selama empat minggu berturut-turut di bulan September 2015 hingga mencapai 35 rig.
Beberapa faktor di Asia Pasifik juga mempengaruhi peningkatan harga minyak September. “Peningkatan permintaan naphta dan gas/diesel oil untuk industri petrochemical di Korea Selatan,” ujar Tim Harga Minyak Indonesia dalam keterangannya akhir pekan lalu.
Di dalam negeri, peningkatan ICP juga dipengaruhi oleh potensi peningkatan permintaan kondensat dalam mulai bulan ini. Peningkatan ini sejalan dengan rencana akan beroperasinya Kilang TPPI dengan kapasitas produksi 0,1 juta barel per hari mulai bulan Oktober 2015. (Baca: Bulan Depan, Impor Premium Bisa Berkurang 30 Persen)
Di sisi lain, Ada juga beberapa faktor yang bisa mempengaruhi pelemahan harga bulan lalu. OPEC melaporkan produksi minyak anggotanya pada Agustus naik 0,013 juta barel per hari menjadi 31,54 juta barel per hari. Laporan mingguan EIA, tingkat stok produk minyak gasoline dan distillate Amerika Serikat akhir bulan September 2015 mengalami peningkatan masing-masing sebesar 4,6 juta barel dan 1,9 juta barel dibandingkan bulan sebelumnya.
Di Asia Pasifik, tercatat ada penurunan impor minyak mentah Cina pada Agustus sebesar 4,1 juta metrik ton (setara dengan 34,65 juta barel) dibandingkan Juli. Permintaan minyak mentah jenis direct burning di Jepang juga turun karena menurunnya konsumsi bahan bakar minyak (BBM) untuk pembangkit listrik di negara tersebut.
Dengan adanya faktor yang penguatan dan pelemahan harga ini, membuat harga minyak dunia bergerak variatif. Tidak semua jenis minyak yang diperdagangkan di pasar dunia naik. Harga WTI di bursa Nymex naik dari US$ 42,89 per barel pada Agustus, menjadi US$ 45,47 per barel. Minyak Brent di ICE naik dari US$ 48.21 per barel, menjadi US$ 48,54 per barel. Sebaliknya Sedangkan Basket OPEC turun dari US$ 45,46 per barel, menjadi US$ 44,89 per barel.