KATADATA – Produksi siap produksi (lifting) minyak Indonesia terus meningkat dalam dua bulan terakhir ini. Alhasil, rata-rata lifting minyak sejak awal tahun ini hingga 26 September lalu mencapai 783 ribu barel per hari (bph).

Kepala Humas Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Elan Biantoro mengungkapkan, rata-rata lifting minyak sejak awal tahun hingga bulan September ini menunjukkan tren kenaikan. Dari sebelumnya berkisar 780 ribu-782 ribu menjadi 783 ribu bph. Bahkan, dalam dua bulan terakhir ini, lifting minyak berhasil menyentuh angka 800 ribu bph. “Produksi terbesar terjadi selama periode Agustus dan September,” katanya di Jakarta, Rabu (30/9).

Mengacu pada pencapaian sampai 26 September lalu itu, SKK Migas optimistis rata-rata lifting minyak pada akhir tahun nanti bisa mencapai 802 ribu bph. Menurut Elan, pencapaian itu memang masih di bawah target rata-rata lifting minyak dalam APBNP-2015 yang sebesar 825 ribu bph.

(Baca: SKK Migas: Lifting Minyak Tahun Ini Tak Mencapai Target)

Elan memaparkan, kontraktor kontrak kerjasama (KKKS) migas yang menjadi penyumbang terbesar lifting minyak nasional adalah PT Chevron Pasific Indonesia. “Produksi minyak terbesar dari Chevron sekitar 280 ribu bph,” imbuhnya. KKKS lain yang menjadi kontributor terbesar adalah PT Pertamina (Persero) sekitar 100 ribuan bph, Total P&E Indonesie sekitar 65 ribu-70 ribu bph, dan ExxonMobil Cepu Ltd (EMCL) sebesar 80 ribu bph.

(Baca: Demi Kejar Target Lifting, Puncak Produksi Blok Cepu Jadi Pendek)

Meski masih di bawah 100 ribu bph, Elan berharap produksi minyak ExxonMobil Cepu akan terus meningkat hingga akhir tahun ini dari Lapangan Banyu Urip, Blok Cepu. “Kalau bisa Banyu Urip secepatnya on stream atau peak production,” katanya. Sekadar informasi, puncak produksi Lapangan Banyu Urip sebesar 205 ribu bph yang ditargetkan bisa tercapai pada akhir 2015 atau awal tahun depan.

(Baca: Kontraktor Migas yang Tak Capai Target Lifting Bakal Kena Sanksi)

Di sisi lain, Elan menyoroti penurunan produksi minyak oleh Pertamina. “Pertamina agak turun sedikit. Sekarang produksinya berkisar 100 ribu bph dan pernah cuma 90 ribu bph,” tukasnya. Padahal, produksi Pertamina biasanya di atas 125 ribu bph.

Sebelumnya, Kepala SKK Migas Amien Sunaryadi memperkirakan target lifting minyak tahun ini tidak akan tercapai. Perkiraannya, lifting minyak hingga akhir tahun nanti sebesar 812 ribu bph. Hal ini disebabkan oleh beberapa lapangan yang mengalami masalah sehingga produksinya terganggu.

Reporter: Manal Musytaqo