KATADATA ? Terpilihnya pasangan Joko Widodo dan Jusuf Kalla sebagai Presiden dan Wakil Presiden RI 2014-2019 membuka babak baru bagi pengembangan bisnis dan industri gas Indonesia. Rencana konversi bahan bakar minyak (BBM) ke bahan bakar gas (BBG) yang akan menjadi program unggulan Jokowi menjadi sinyal kuat dan jelas, kemana arah kebijakan energi pemerintah baru mendatang.
Beban subsidi BBM yang kian membesar dari tahun ke tahun, tak bisa dimungkiri telah menempatkan pemerintah dalam posisi dan pilihan sulit. Jika tidak ada perubahan signifikan dalam pengelolaan sumber energi, maka ketergantungan terhadap minyak, terutama impor minyak akan terus meninggi. Itu berarti akan semakin membebani anggaran negara dan neraca pembayaran Indonesia.
Ada sejumlah cara untuk mengurangi ketergantungan terhadap minyak, termasuk beralih ke bioenergi berbasis minyak kelapa sawit. Namun, persoalan isu lingkungan, persaingan dengan sumber makanan (minyak goreng) dan sebagai andalan devisa ekspor menjadi penghambat penggunaan bioenergi sebagai sumber energi Indonesia. Bioenergi bisa dikembangkan untuk pemenuhan kebutuhan energi jangka panjang.
Sedangkan, dalam jangka pendek, upaya mengurangi subsidi BBM dan ketergantungan pada minyak bisa dilakukan dengan cara menaikkan harga BBM, serta beralih dari energi mahal (BBM) ke energi murah (BBG). ?Dengan harga sepertiga dari BBM, serta cadangan dan produksi yang melimpah, gas adalah solusi energi yang strategis untuk masa transisi sebelum Indonesia mengembangkan energi alternatif, termasuk bioenergi,? kata ekonom energi PDIP, Darmawan Prasodjo.
Sejatinya, jalan menuju pengembangan gas sebagai sumber energi vital semakin terbuka. Itu terefleksi dari alokasi gas dari ladang-ladang gas untuk pasar domestik kian meningkat, percepatan pembangunan infrastruktur gas, termasuk pembangunan SPBG oleh PGN dan Pertamina, serta langkah Pemerintah DKI Jakarta yang mengimpor ratusan hingga ribuan bus berbahan bakar gas.
Agenda Jokowi melakukan konversi BBM ke BBG semakin melempangkan jalan pengembangan industri gas. Dengan menaikkan harga BBM, bisnis gas akan semakin menarik. Apalagi, diikuti dengan komitmen pemberian insentif bagi pembangunan infrastruktur gas serta bagi produksi mobil berbahan bakar gas atau mobil berbahan bakar minyak yang dilengkapi dengan converter kit, komponen kendaraan yang digunakan untuk mengubah pemakain BBM ke BBG.
Berkaca pada perkembangan tersebut, Katadata Research melakukan penelusuran guna mengetahui lebih mendalam mengenai prospek bisnis dan investasi gas di era pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla. Melalui riset ini terlihat bahwa prospek bisnis dan investasi gas semakin cerah dan menarik bagi para pelaku di bisnis migas, baik di sektor hulu maupun hilir.
Apalagi, permintaan gas dipastikan akan terus meningkat baik untuk kepentingan pembangkit listrik, industri, hingga transportasi. Industri misalnya, pangsanya akan terus meningkat dari 33 persen pada 2014 menjadi 41 persen pada 2020. Bahkan, transportasi diperkirakan bakal menjadi sektor yang mengalami pertumbuhan pesat dalam konsumsi gas. Total permintaan gas domestik akan meningkat dari 5.771 MMscfd pada 2014 menjadi 7.301 MMscfd pada 2020. Tentunya, ini akan membuat bisnis gas dalam negeri akan semakin menarik di masa mendatang.
Dari sisi pasokan, produksi gas domestik diperkirakan akan terus meningkat dalam beberapa tahun ke depan. Sejumlah megaproyek gas di sektor hulu, seperti Blok Masela, Indonesian Deepwater Drilling (IDD) di Offshore Mahakam, Lapangan Jangkrik, Blok Natuna dan Tangguh train III. Di saat produksi gas menurun, Pertamina juga sudah mengantisipasi dengan meneken kontrak impor gas dari Amerika untuk memasok kebutuhan gas Indonesia pada 2018 dan seterusnya.
Riset ini juga dilengkapi dengan ?Peta Neraca Gas Indonesia 2014-2020?, sebuah peta yang disusun untuk menggambarkan industri gas Indonesia secara komprehensif dari sektor hulu hingga hilir. Peta ini mencakup lokasi cadangan, blok-blok gas, infrastruktur yang sudah beroperasi dan akan dibangun, kontraktor, pemasok dan pembeli gas, rencana pasokan gas untuk infrastruktur baru, serta proyeksi supply & demand gas hingga 2020 mendatang.
Untuk informasi dan pemesanan silakan mengisi form di bawah atau menghubungi Marketing Katadata :
Imelda Jane (081517480855) | Anita Rima (081314525575)
Email : marketing@katadata.co.id