KATADATA ? Satuan Kerja Khusus Pelaksana Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) sudah merencanakan pembangunan kilang mini dalam negeri. Kilang mini dinilai bisa menjadi alternatif pembangunan kilang skala besar yang membutuhkan biaya besar.
Pelaksana Tugas Kepala SKK Migas Johannes Widjonarko mengatakan saat ini SKK Migas sudah memetakan lokasi yang layak untuk dibangun kilang mini. Lokasi tersebut adalah daerah-daerah produksi minyak yang tidak bisa terhubung dengan pipa menuju terminal.
Beberapa tempat yang sudah disiapkan SKK Migas yang dianggap lokasi paling strategis pembangunan kilang mini ini, yaitu di Sumatera Bagian Tengah, Jambi dan Sumatera Utara.
"Kami merencanakan dan memberi informasi bagi siapa pun yang mau bangun kilang mini. Sebaiknya ini yang bangun Pertamina," ujarnya di kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Kamis (2/9). (Baca: Lebih Baik Bangun Kilang Mini)
Johannes menilai, PT Pertamina (Persero) sudah memiliki kepastian off taker (pembeli) minyak hasil produksi kilang. Mengingat selama ini Pertamina mendistribusikan bahan bakar minyak (BBM).
Dia berharap Pertamina yang mulai memberdayakan pembangunan kilang mini ini. Karena selain lebih efisien, kilang mini ini tidak memerlukan biaya yang tidak mahal dan teknologinya pun sudah tersedia.
"Ide kami dari SKK Migas ini, nanti silahkan saja bagimana pemerintah mengatur. Kan ini bagian hilir," kata Johanes. (Baca: Kilang Bontang Kritis, KKKS Diminta Kurangi Produksi)
Menurut dia, saat ini pembangunan kilang mini sangat diperlukan. Dengan membangun kilang mini bisa memenuhi kebutuhan masyarakat setempat. Selain itu, kilang mini ini bisa menghemat logistik dan transportasi. Karena tidak perlu pipa penghubung ke terminal yang juga membutuhkan investasi yang besar untuk membangunya.
Kilang mini lebih efisien karena sudah berbentuk modul-modul dan siap dipakai sesuai dengan spesifikasi minyak, sehingga bisa mengurangi biaya yang tidak perlu. Minyak yang diproduksi juga bisa langsung disesuaikan dengan yang dibutuhkan. (Baca: Kilang Bontang Kelebihan Produksi 10 Kargo)
Selama ini lapangan minyak terlokalisasi dan tidak terhubung dengan jaringan pipa. Sementara untuk membangun jaringan pipa membutuhkan biaya besar dan waktu yang lama untuk pembebasan lahan.
"Belum lagi investasinya, kalau dengan sistem itu (kilang mini) kalau minyak habis bisa pindah ke lain tempat dan termanfaatkan," kata Johannes.
Investasi untuk membangun kilang mini berkapasitas 18.000 barel per hari hanya mencapai US$ 150 juta. Jauh lebih murah dibandingkan membangun kilang besar berkapasitas 300.000 barel per hari yang menghabiskan investasi lebih dari US$ 10 miliar. (Baca: Kilang Bontang Kelebihan Produksi, Pasokan Gas Dalam Negeri Masih Kurang)