Organisasi kesehatan dunia (WHO) mengatakan saat ini ada tujuh hingga delapan kandidat terkuat vaksin virus corona Covid-19 yang sedang dikembangkan. Hal ini disampaikan Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus saat konferensi dengan Dewan Ekonomi dan Sosial PBB, Senin (11/5).
Beberapa hari lalu WHO sempat menyatakan saat ini ada 70 kandidat vaksin virus corona yang tengah dikembangkan secara global. Sebanyak tiga di antaranya sudah diuji coba ke manusia. Meski demikian Tedros tidak menjabarkan antivirus milik siapa yang saat ini jadi kandidat terkuat
“Yang teratas sekitar tujuh atau delapan. Tetapi kami memiliki lebih dari seratus kandidat,” kata Tedros dikutip dari Al-Jazeera, Selasa (12/5).
(Baca: WHO Peringatkan Perokok Berisiko Lebih Tinggi jika Terjangkit Covid-19)
Sebelumnya pemimpin 40 negara, organisasi, serta perbankan global telah berkomitmen mengucurkan US$ 8 miliar atau Rp 119 triliun demi mengembangkan vaksin corona. Namun Tedros mengatakan masih dibutuhkan dana lebih besar lagi guna memacu pengembangan antivirus.
“Kami fokus pada kandidat yang dapat membawa hasil yang mungkin lebih baik lagi,” ujarnya.
Salah satu yang paling maju dari segi proses klinis yakni vaksin yang dikembangkan oleh CanSino Biologics Inc. Kandidat vaksin besutan perusahaan yang terdaftar di Hong Kong dan Institut Bioteknologi Beijing ini memasuki pengembangan fase dua.
Namun Ketua Global Outbreak and Response Network WHO Dale Fisher menjelaskan vaksin corona baru dapat tersedia akhir 2021. Ini karena ada estimasi waktu produksi, distribusi ke seluruh dunia, termasuk memberikannya ke pasien Covid-19. Adapun hingga pekan lalu sudah ada lima kandidat vaksin corona yang tengah menjalani pengujian fase 1.
Sedangkan beberapa institusi yang tengah mengembangkan vaksin corona antara lain Pfizer, BioNTech, Moderna, dan Roche. Perusahaan lainnya yaitu Johnson&Johnson, Inovio Pharmaceuticals, Novavax Inc., Emergence Bio Solution.
Kemudian Sanofi, GlaxoSmithKline, CanSino Biologics, Takara Bio Inc., AJ Vaccines, Arcturus Therapeutics, produsen rokok British American Tobacco, serta Oxford University yang bekerja sama dengan raksasa farmasi AstraZeneca.
(Baca: WHO Perkirakan Vaksin Corona Tersedia Paling Cepat Akhir 2021)