1,6 Juta Ha Lahan Gambut Terbakar, 63% Terkait Izin Konsesi Sawit

ANTARA FOTO/ManggalaAqni
Foto udara, kondisi Karhutla gambut di Kecamatan Lalolae, Kabupaten Kolaka Timur, Sulawesi Tenggara, Kamis (28/11/2019).
13/5/2020, 14.24 WIB

Akibatnya BNPB Pusat tidak dapat segera turun tangan menangani permasalahan. Selain itu, hampir seluruh penyebab kebakaran hutan karena ulah manusia yang membuka lahan dengan cara dibakar sehingga titik api sulit untuk ditekan dan terus bertambah.

(Baca: Jokowi: Rugi Karhutla Capai Ratusan Triliun, Kepolisian Harus Tegas)

"Bukan pemadaman lagi yang dilakukan tapi merubah konsep penanganan yaitu pencegahan dengan upaya mengubah pemikiran masyarakat karena 99% lahan itu sengaja dibakar dan mereka dibayar. Ini harus diubah dengan meningkatkan kesejahteraan masyarakat," kata dia.

Di sisi lain, Bank Dunia melaporkan total kerugian ekonomi dari kebakaran hutan di Indonesia pada 2019 mencapai US$ 5,2 miliar atau sekitar Rp 72,9 triliun. Nilai tersebut setara dengan 0,5 % dari Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia.

Mengutip Reuters, estimasi tersebut berdasarkan kajian pada delapan provinsi yang terdampak kebakaran pada Juni hingga Oktober 2019. Meski begitu, analis Bank Dunia menyebutkan kebakaran terus berlanjut hingga November. “Kebakaran hutan dan lahan serta kabut asap menyebabkan dampak ekonomi negatif yang signifikan,” demikian bunyi laporan tersebut.

Bank Dunia memperkirakan kerusakan langsung terhadap aset mencapai US$ 157 juta, sedangkan kerugian dari kegiatan ekonomi mencapai US$ 5 miliar.

Dampaknya, lebih dari 900 ribu orang terserang sakit pernafasan, 12 bandara nasional berhenti beroperasi, dan ratusan sekolah di Indonesia, Malaysia, dan Singapura ditutup karena kebakaran. Selain itu, asap kebakaran memicu konflik diplomatik antara Kuala Lumpur dan Jakarta.

(Baca: BNPB Habiskan Rp 6,7 T untuk Penanganan Bencana, Karhutla Paling Besar)

Halaman:
Reporter: Tri Kurnia Yunianto