Kabar baik muncul dari hasil uji klinis fase pertama kandidat vaksin virus corona Covid-19 oleh Moderna. Delapan sukarelawan yang menjajal kandidat antivirus perusahaan Amerika Serikat ini berhasil mengembangkan antibodi penetral setara atau melebihi pasien pulih dari corona.
Langkah ini merupakan sebuah kemajuan dalam perlombaan pembuatan vaksin penangkal pandemi. Moderna adalah satu dari delapan kelompok yang saat ini menguji kandidat vaksin virus corona. Institusi lain yang menjajal antivirus adalah Inovio, Pfizer, Universitas Oxford, dan empat lain di Tiongkok.
"Ini adalah langkah pertama yang sangat penting dalam perjalanan kami menuju vaksin," kata Chief Medical Officer Moderna dr Tal Zaks dikutip dari CNN, Selasa (19/5). Sedangkan uji coba fase pertama ini dilakukan pada 45 sukarelawan.
(Baca: Rupiah Menguat 0,3%, Terdongkrak Kemajuan Temuan Vaksin Covid-19)
Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) saat ini telah memberikan lampu hijau bagi Moderna memulai uji coba fase dua vaksin yang melibatkan ratusan sukarelawan. Perusahaan yang bermarkas di Massachusetts itu juga menargetkan fase ketiga dengan percobaan pada puluhan ribu manusia akan dimulai Juli 2020.
"Kami telah menunjukkan bahwa antibodi ini, respons kekebalan ini, sebenarnya dapat memblokir virus," kata Zaks.
Vaksin ini dikembangkan Moderna yang bekerja sama dengan pemerintah AS melalui National Institute of Allergy and Infectious Diseases (NIAID). Jika semua uji coba rampung, Zaks menargetkan vaksin mulai tersedia akhir 2020 atau awal 2021.
“Kami melakukan yang terbaik untuk menyediakan jutaan vaksin,” katanya dikutip dari The New York Times.
Namun pengujian tahap satu ini belum menyentuh ribuan percobaan sebelum memasuki tahap produksi. Ahli penyakit infeksi dan imunolog Imperial College London, Prof. Robin Shattock berharap dalam tes selanjutnya akan ada antibodi penetral yang semakin banyak.
“Ini adalah awal yang menjanjikan, tetapi kuncinya adalah data keberhasilan diikuti oleh kemampuan mengukur cara menyediakan akses global jika vaksin ini berhasil," kata Shattock dikutip dari The Guardian, Senin (19/5).
Sedangkan ahli penyakit menular dari Johns Hopkins University Dr Amesh Adalja mengingatkan uji coba sukarelawan ini hanya ditujukan untuk mengetahui keamanan vaksin. Sedangkan untuk mengukur kemanjurannya, kandidat vaksin harius diuji kepada ribuan orang. “Tapi apa yang kita lihat, menggembirakan,” kata Adalja dilansir dari Reuters.
(Baca: Studi Terbaru, Sel T Bantu Pasien Positif Virus Corona Pulih)