Empat Skema Pemerintah untuk Petani Bisa Jaga Ketersedian Pangan

ANTARA FOTO/Arif Firmansyah/aww.
Penulis: Tim Publikasi Katadata - Tim Publikasi Katadata
Editor: Arsip
1/1/1970, 07.00 WIB

"Peran Pak Syahrul dalam kebijakan ini sangat besar. Saya sangat yakin beliau yang mendorong pertanian kita menjadi lebih hebat, lebih maju, mandiri dan modern," katanya.

 

Terpisah, Dirjen Hortikultura Kementan Prihasto Setyanto memastikan bahwa persediaan sayur untuk kebutuhan masyarakat selama pandemi corona dalam posisi melimpah. Faktor ini, kata dia disebabkan karena petani terus melakukan produksi secara masif.

 

"Kalau ada pengamat yang cerita impor sayuran kita meningkat di tahun 2019, mungkin bisa dilihat lagi dari data BPS. Impor terbesar kita hanya terjadi pada bawang putih dan kentang industri" katanya.

 

Prihasto mengatakan, bawang terpaksa diimpor karena pasokan dalam negeri belum mencukupi kebutuhan masyarakat. Terlebih baput hanya tumbuh optimal di daerah sub tropis seperti China. Meski demikian, dia memastikan bahwa produksi bawang nasional naik dari 49 ribu ton menjadi 88 ribu ton.

 

"Walaupun jumlahnya masih belum mencukupi kebutuhan nasional yang mencapai 580 ribu ton per tahun. Begitu juga dengan kentang industri, yang berbeda dengan jenis kentang sayur (granola). Jenis Granola kita malah sudah bisa ekspor. Jadi impor sayuran hanya pada komoditas sayur yang produksi kita masih rendah," katanya.

 

Sementata itu, Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementan, Kuntoro Boga Andri menegaskan bahwa kondisi neraca perdagangan pertanian menurut data BPS saat ini dalam kondisi positif. Walau begitu, impor dan ekspor adalah hal yang biasa karena dalam perdagangan internasional tiap negara memiliki keunggulan komparatif dan kondisi agroekologi iklim yang spesifik.

 

"Yang harus kita jaga adalah, neraca dagangnya menguntungkan bagi kita," katanya.

 

Perbandingan neraca perdagangan Indonesia dan Cina bisa dilihat dari nilai ekspor Indonesia tahun 2019 yang mencapai US$ 3,89 miliar dan impor senilai US$ 2,02 milliar. Ini artinya neraca Indonesia di tahun 2019 surplus US$ 1,87 miliar dari China.  Sementara di periode Januari-Maret 2020, Indonesia sudah surplus US$ 164 juta dari China untuk komoditas pertanian.

 

Adapun untuk volume tahun 2019 mencapai 5,762,987 ton atau naik sebesar 49.86 persen dibanding 2018. Khusus sektor hortikultura neracanya tumbuh sebesar 8,25 persen. Produksi aneka sayuran 2019 juga naik yang mencapai 13,4 juta ton atau naik 2,67 persen dari sebelumnya.

 

"Kami sepakat dengan inovasi dan upaya pemenuhan kebutuhan nasional, serta penting dilakukan simultan. Makanya saat ini pemerintah terus memacu sentra-sentra produksi baru berbasis keunggulan wilayah, agar produk pertanian mampu berkembang, menguntungkan petani dan memenuhi sendiri kebutuhan nasional, serta mengurangi ketergantungan impor," tutupnya.

 

Halaman: