Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) mengemukakan, masyarakat yang bekerja di sektor informal paling banyak meminta tatanan normal baru atau new normal segera diterapkan. Hal ini terlihat dalam survei terbaru yang dirilis SMRC.
"Orang yang paling ingin (tatanan normal baru) diberlakukan saat ini adalah supir/ojek, pedagang kaki lima (PKL), buruh, pembantu, satpam, pekerja tidak tetap, yang masih mencari pekerjaan, atau menganggur," kata Direktur Komunikasi SMRC Ade Armando dalam konferensi video, Kamis (25/6).
Survei SMRC menunjukkan, masyarakat dengan profesi supir atau ojek yang telah mengetahui wacana tananan normal baru sebanyak 85%. Dari jumlah tersebut, sebanyak 90% ingin tatanan normal baru segera dilaksanakan. Sedangkan, hanya 7% yang menginginkan tatanan normal baru ditunda, dan 3% responden tidak menjawab.
Kemudian, masyarakat dengan profesi PKL yang telah mengetahui wacana tatanan normal baru tercatat sebanyak 82%. Dari jumlah tersebut, 85% ingin tatanan normal baru diberlakukan saat ini. Hanya 8% responden yang ingin wacana normal baru ditunda, dan yang tidak menjawab sebanyak 7% responden.
Kalangan buruh, pembantu, satpam, dan pekerja tidak tetap yang telah mengetahui wacana normal baru sebanyak 81%. Dari jumlah tersebut, 84% ingin tatanan normal baru segera diberlakukan. Hanya 12% responden yang ingin wacana tersebut ditunda, dan 4% responden tidak menjawab.
Sementara, 89% masyarakat yang masih mencari pekerjaan atau menganggur, mengaku sudah tahu wacana tatanan normal baru. Dari jumlah tersebut, 85% responden setuju tatanan normal baru diberlakukan saat ini. Hanya 14% yang tidak menyetujui wacana tersebut dan 1% responden tidak menjawab.
(Baca: Survei SMRC: 64% Masyarakat Indonesia Setuju Pemberlakuan Normal Baru)
Lebih lanjut, hasil survei SMRC menunjukkan masyarakat Indonesia yang paling banyak meminta penerapan tananan normal baru berasal dari tingkat pendidikan dan pendapatan yang rendah. Menurut Ade, ada 68% responden dengan pendidikan sekolah dasar (SD) dan di bawahnya yang telah mengetahui wacana tatanan normal baru.
Dari jumlah tersebut, 83% responden ingin tatanan normal baru diberlakukan saat ini. Hanya 12% yang tidak setuju dengan wacana tersebut, dan 5% responden tidak menjawab.
Di tingkat pendidikan sekolah menengah pertama (SMP), ada 75% responden yang telah mengetahui wacana tatanan normal baru. Dari jumlah tersebut, 79% responden ingin tatanan normal baru diberlakukan saat ini. Sementara, yang tidak setuju tatanan normal baru diterapkan sebanyak 15%. Sedangkan, 6% responden tidak menjawab.
Kemudian, tercatat ada 89% masyarakat dengan tingkat pendidikan sekolah menengah atas (SMA) dan sederajat telah mengetahui wacana tatanan normal baru sebanyak 89%.
Dari jumlah tersebut, 82% responden ingin tatanan normal baru diberlakukan saat ini. Sementara, tercatat ada 13% responden tidak setuju dengan wacana tersebut, dan 6% responden tidak menjawab.
Sementara, dari responden dengan tingkat pendidikan perguruan tinggi dan di atasnya, tercatat 93% responden telah mengetahui wacana tatanan normal baru.
(Baca: SMRC: 71% Masyarakat Nilai Ekonomi Rumah Tangga Memburuk saat Pandemi)
"Dari kalangan pendidikan tinggi yang setuju kehidupan normal baru hanya 68%," kata Ade.
Berdasarkan tingkat pendapatan, masyarakat berpenghasilan di bawah Rp 1 juta yang mengetahui wacana tatanan normal baru tercatat sebanyak 71%. Dari jumlah tersebut, 83% responden menginginkan tatanan normal baru diberlakukan saat ini. Sebanyak 13% responden mengaku tidak setuju dan 4% responden tidak menjawab.
Lalu, dari golongan masyarakat berpeghasilan sekitar Rp 1-2 juta , tercatat 79% responden telah mengetahui wacana tatanan normal baru. Dari jumlah tersebut, 82% responden setuju jika tatanan normal baru segera diberlakukan. Sedangkan, 12% responden tidak setuju dan 6% responden tidak menjawab.
Dari golongan masyarakat berpenghasilan sekitar Rp 2-4 juta, tercatat sebanyak 87% responden mengetahui wacana tatanan normal baru. Dari jumlah tersebut, 78% responden setuju jika tatanan normal baru segera diberlakukan. Sedangkan 13% responden tidak setuju, dan 9% responden tidak menjawab.
Terakhir, dari golongan dengan pendapatan lebih dari Rp 4 juta, ada 93% responden mengetahui wacana tatanan normal baru. Dari jumlah tersebut, 74% responden setuju dengan penerapan tatanan normal baru. Sementara, 23% responden tidak setuju dan 3% lainnya tidak menjawab.
Sebagai informasi, survei SMRC ini dilakukan pada 18-20 Juni 2020 terhadap 1.978 responden yang diwawancarai melalui telepon. Adapun, survei ini memiliki tingkat kesalahan (margin of error) sebesar 2,9% dan tingkat kepercayaan 95%.
(Baca: SMRC: 52% Masyarakat Nilai Pemerintah Pusat Cepat Tangani Corona)