Harga minyak mentah dunia mulai beranjak naik pada perdagangan Rabu (15/4) waktu Indonesia. Kenaikan ini terjadi setelah OPEC dan sekutunya sepakat memperpanjang pemangkasan produksi minyak untuk mengendalikan harga jual di tengah pandemi corona.
Meski begitu, kekhawatiran akan minimnya permintaan masih membayangi pasar seiring meningkatnya kasus Covid-19 di Amerika Serikat (AS).
Mengutip Bloomberg pada pukul 08.45 WIB, harga minyak Brent untuk kontrak pengiriman September 2020 naik 0,42% menjadi US$ 43,08 per barel. Sedangkan harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman Agustus 2020 naik 0,42% menjadi US$ 40,46 per barel.
(Baca: Ketegangan AS-Tiongkok Meningkat, Harga Minyak Tergelincir 1%)
Harga minyak mentah berjangka menguat di perdagangan setelah American Petroleum Institute, menyebut persediaan minyak mentah AS turun lebih dari yang diperkirakan pada seminggu terakhir. Sementara, analis memperkirakan cadangan BBM AS turun 600.000 barel dengan persediaan minyak mentah 2,1 juta barel pekan lalu.
Di sisi lain, Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya yang dipimpin oleh Rusia atau OPEC+, telah meningkatkan kepatuhan untuk mengurangi produksi minyak yang disepakati sebelumnya.
OPEC + akan mengurangi rekor penurunan produksi dari 9,7 juta barel per hari (bph) menjadi 7,7 juta bph dari Agustus hingga Desember.
"Spekulasi OPEC + telah menekan pasar dan setelah data kepatuhan keluar, hal itu memberi dukungan terhadap harga minyak," kata John Kilduff, mitra di Again Capital Management, New Yorkseperti dilansir dari Reuters.
Kini, pasar kembali menanti kabar dari OPEC + terkait penurunan produksi minyak periode berikutnya. Komite Teknis Bersama OPEC sudah menggelar pertemuan pada Selasa kemarin, sedangkan dengan Komite Pengawasan Bersama Menteri dijadwalkan bertemu hari ini.
(Baca: Harga Minyak Anjlok, Jelang Pertemuan OPEC soal Pemangkasan Produksi)
Meski begitu, pasar juga mewaspadai kebijkan penguncian atau lockdown yang dilakukan negara bagian di AS, seperti California mengikuti langkah wilayah lain, seperti Florida dan Texas.
Selain itu, pembatasan baru juga diperkenalkan di Asia dan Australia. Alhasil, laporan bulanan OPEC memperkirakan permintaan global akan tumbuh dengan rekor 7 juta barel per hari pada 2021. Permintaan itu masih akan lebih lemah dibandingkan peridoe sebelum pandemi corona meluas.