Pemerintah terus berupaya mengembangkan layanan kesehatan berbasis teknologi atau telemedisin di tengah pandemi virus corona. Upaya ini juga dilakukan untuk mengurai pelbagai persoalan pelayanan kesehatan secara konvensional.
Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan, kasus postif Covid-19 di Indonesia pada 21 Agustus tercatat telah mencapai 149.408 orang. Sementara jumlah pasien sembuh mencapai 102.991 orang atau setara sekitar 69% dari kasus konfirmasi postif.
Menurut Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G. Plate data tersebut menunjukan usaha pemerintah dalam mencegah penyeberan covid-19 secara konsisten terus diperbaiki. Maka itu, pengembangan solusi kesehatan dengan pemanfaatan teknologi jadi salah satu terobosan yang perlu terus dikembangkan.
"Telemedisin sebagai layanan kesehatan jarak jauh memungkinkan pasien dan tenaga kesehatan saling berdiskusi tanpa harus bertatap muka secara fisik dengan cara ini tidak sedikit masyarakat yang berlaih ke telemedisin," ujar dia dalam diskusi Seminar Nasional: Inovasi Teknologi Kesehatan Mandiri bekerja sama dengan Katadata, di Jakarta, Sabtu (22/8).
Apalagi, menurutnya di masa pandemi ini berdasarkan data dari McKinsey, 44 persen responden saat ini telah beralih dari konsultasi tatap muka dengan dokter ke daring di masa pandemi. Sedangkan berdasarkan riset Katadata kunjugan ke aplikasi telemedisin juga melonjak 600 persen di masa pandemi.
"Kemudian juga terjadi lonjakan kunjungan ke aplikasi telemedis 600% selama pandemi ini hasil dari katadata tahun 2020," ujarnya.
Sehingga, menurutnya kebiasaan baru di sektor layanan kesehatan ini menjadi indikator kuat bahwa Covid19 adalah katalis yang bisa mempercepat transformasi digital nasional. Adapun, Presiden Joko Widodo menyampaikan bahwa momentum ini tidak boleh dilewatkan dan harus dimanfaatkan sebaik-baiknya.
"Upaya ini tercakup dalam pecerpatan tranformasi digital nasional. Melalui agenda ini Kominfo serius melakukan percepatan tranformasi digital nasional dengan lima program percepatannya," kata dia.
Sementara, dalam kesempatan sama, Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan, drg. Oscar Primadi, MPH menjelaskan peran telemedisin penting lantaran masyarakat harus menjalani aktivitas sehari-hari secara terbatas sesuai protokol kenormalan baru. Selain itu, telemedisin juga bisa menjadi solusi tantangan geografis dan kesenjangan persebaran fasilitas kesehatan di Indonesia. Dengan jumlah penduduk lebih dari 200 juta, Indonesia hanya mempunyai 10.168 puskesmas, 2.877 Rumah Sakit, 9.205 klinik dan 30.260 apotek.
"Menghadapi situasi seperti ini tentunya semua pihak merasakan betapa manfaatnya teknologi informasi menjadi keharusan menjadi keniscayaan," ujar dia dalam diskusi Seminar Nasional: Inovasi Teknologi Kesehatan Mandiri bekerja sama dengan Katadata, di Jakarta, Sabtu (22/8).
Kemenkes juga telah menggandeng beberapa pihak yang sukses membangun platform kesehatan digital guna memberikan pelayanan dan memudahkan masyarakat dalam mendapatkan pelayanan bermutu. Kemenkes juga bekerja sama dengan lembaga dan kementerian terkait lain di tengah pandemi virus corona.
"Membangun ini tidaklah perkara mudah kerja sama menjadi suatu keharusan. Apsek regulasi dan keterjanhkauan jaringan infrastruktur adalah hal yang harus dihadapi dan diselesaikan," ujarnya.
Pemerintah juga telah mengeluarkaan regulasi terkait penggunaan telemedisin. Salah satunya yakni dengan memberikan penguatan daerah melalui anggaran dana alokasi khusus dan mendorong pembiayaan telemedisin dengan skema Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
"Dimana hal tersebut juga telah terintegrasi antara aplikasi e-care BPJS yag berada di Puskesmas dengan sistem informasi puskesmas yang kita sebut kesehatan daerah yang sudah ada di pelayanam kesehatan," katanya.