Tren Impact Investment, Model Bisnis yang Tak Cuma Mencari Keuntungan

ANTARA FOTO/M Ibnu Chazar/hp.
Ilustrasi. Investasi berdampak atau impact investment merupakan skema bisnis yang dapat memberi dampak positif ke masyarakat, di samping mendatangkan keuntungan finansial.
Penulis: Sorta Tobing
26/8/2020, 13.21 WIB

Investasi berdampak muncul sebagai kritik kapitalisme dan cara investor mengatasi masalah yang tidak dapat diselesaikan pemerintah. Salah satu yang mendorong tren minat investasi berdampak secara global karena banyak generasi milenial percaya priortas utama sebuah bisnis seharusnya memperbaiki masyarakat.

Studi oleh Morgan Stanley pada 2015 menemukan, generasi milenial dua kali lebih mungkin berinvestasi di perusahaan yang menargetkan perbaikan sosial atau lingkungan. Sejak 2008 hingga 2014, terjadi peningkatan 50% jumlah jutawan dan 200% miliarder yang melakukan impact investment.

Miliarder generasi baru yang melakukan itu contohnya adalah Mark Zuckerberg (pendiri Facebook) dan Pierre Omidyar (pendiri eBay). Lalu, perusahaan besar yang mendirikan unit investasi berdampak, misalnya Imprint Capital, Morgan Stanley, BlackRock, dan UBS.

Apa Beda Impact Investment dengan Filantropi?

Forbes pada akhir 2018 menuliskan investasi berdampak menggabungkan investasi dan donasi. Harapannya, model bisnis tersebut dapat menutup gap masalah lingkungan dan sosial yang tak kunjung terpecahkan di dunia.

Investornya bermacam-macam. Tidak perlu perusahaan besar. Ia bisa berwujud modal ventura yang menanamkan uangnya di bisnis teknologi hijau (green technology) atau bank yang memberi dana di bidang pendidikan, dan lainnya.

Ada berbagai persoalan di dunia yang memerlukan dana investasi berdampak, seperti pengurangan polusi udara atau plastik di laut, produksi pangan berkelanjutan, serta akses pendidikan dan kesehatan yang berkualitas.

Di Indonesia, seperti terlihat pada grafik Databoks di bawah ini, investasi asing masih banyak masuk ke sektor listrik, gas, dan air. Dana yang masuk ke proyek-proyek ramah lingkungan dan berkelanjutan masih minim.

Data Global Impact Investors Network atau GIIN memperkirakan pada 2018 terdapat US$ 228 miliar aset investasi berdampak. Angkanya naik dua kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya. Thomson Reuters Foundation melaporkan, anggota Toniic (sebuah klub investasi global untuk investor berdampak), total investasinya mencapai US$ 2,8 miliar pada 2018, naik dari US$ 1,65 miliar pada 2016.

Bisnis yang bertujuan mendapatkan keuntungan ganda ini kerap dianggap memiliki keuntungan yang rendah. Namun, penelitian para akademis justru membuktikan sebaliknya. Masyarakat dan lingkungan yang baik terbukti baik untuk bisnis perusahaan.

Dengan seluruh kondisi itu, para ahli percaya investasi berdampak akan tumbuh secara eksponensial dalam beberapa dekade ke depan. Cara filantropis beramal bukan lagi satu-satunya cara untuk membuat perbedaan. Investasi berdampak diperkirakan dapat membuat perubahan positif di bumi.

Halaman:
Reporter: Dimas Jarot Bayu