Tingkat Positif Corona Jakarta Melonjak Jadi 9,7% Pasca-Libur Panjang

ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/aww.
Suasana lalu lintas saat pemberlakukan PSBB di kawasan Kebayoran Lama, Jakarta, Kamis (21/5/2020).
Penulis: Dimas Jarot Bayu
31/8/2020, 18.44 WIB

Libur panjang beberapa waktu lalu mengakibatkan kasus positif virus corona atau Covid-19 di DKI Jakarta melonjak. Hal tersebut pun membuat tingkat positivitas (positivity rate) corona di Ibu Kota kembali mengalami kenaikan.

Juru bicara Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengatakan, tingkat positivitas corona di Jakarta mencapai 9,7%. Angka ini memang lebih rendah dibandingkan tingkat positivitas corona secara nasional yang sebesar 14,8%. 

Walau demikian, tingkat positivitas corona di Jakarta masih lebih tinggi dibandingkan yang direkomendasikan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). “Sebagai standar WHO, positivity rate harus di bawah 5%,” kata Wiku di Gedung BNPB, Jakarta, Senin (31/8).

Besarnya tambahan kasus corona juga berdampak kepada tingginya tingkat okupansi tempat tidur di ICU dab ruang isolasi pada rumah sakit (RS) di Jakarta. Angka keterpakaian tempat tidur di ICU pada rumah sakit (RS) di Jakarta telah mencapai 77%. 

Sementara itu, angka keterpakaian tempat tidur di ruang isolasi pada rumah sakit (RS) di Jakarta sudah mencapai 69%. “Kondisi ini memang tidak ideal,” kata Wiku.

Kendati demikian ini bukan tingkat positivitas tertinggi Jakarta. Sebelumnya pada pertengahan Juli 2020, positivity rate Ibu Kota sempat mencapai 10,5%. Sementara itu tingkat kematian akibat corona di Jakarta juga terus menurun menjadi 3%, atau di bawah rata-rata nasional yang mencapai 4.3%.

Sementara, tingkat kesembuhan pasien corona di Jakarta terus meningkat. Saat ini, tingkat kesembuhan pasien corona di Jakarta sebesar 76,7%, di atas rata-rata nasional yang mencapai 72%.

Lebih lanjut, Wiku menyebut jumlah kasus di Jakarta melonjak tak semata karena tingginya penularan saat libur panjang. Hal tersebut juga disebabkan oleh tingginya jumlah tes di Jakarta.

Saat ini, jumlah tes di Jakarta berkontribusi sebesar 43% dari total pemeriksaan secara nasional. Bahkan, Wiku menyebut jumlah tes di Jakarta telah melampaui standar WHO. “Namun demikian, adanya tingkat penularan yang cukup tinggi tadi tetap harus dikendalikan,” kata dia.

Jakarta memeriksa sekitar 194,3 ribu orang terkait Covid-19, atau rata-rata 6,7 ribu orang per hari, pada 1-29 Agustus 2020. Sementara itu, total tes nasional sebesar 404,8 ribu orang, atau rata-rata 14 ribu orang per hari, pada periode yang sama.

Jika dibandingkan, sekitar 48% dari total tes virus corona di Indonesia berasal dari DKI Jakarta, sementara sisanya dibagi untuk 33 provinsi lainnya.

Rasionya juga tidak jauh berbeda untuk seluruh total tes yang dilakukan sejak pandemi berlangsung pada awal Maret 2020, yakni 48,8%. Dengan begitu, Ibu Kota masih mendominasi total tes Covid-19 nasional.

Reporter: Dimas Jarot Bayu